Selasa, 27 Juli 2010

IAR Indonesia Melepas 16 Monyet Ekor Panjang

IAR, Bogor -- Pusat rehabilitasi satwa International Animal Rescue (IAR) Indonesia melepasliarkan 16 ekor monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Pulau Panaitan, Ujung Kulon, Pandeglang, Banten, Kamis, (29/7).

Pemeriksaan kondisi Macaca sebelum dilepasliarkan
"Ada 16 Monyet ekor panjang yang akan dilepasliarkan. Kami sudah mempersiapkan tim evakuasi satwa maupun tim survey yang sudah lebih dulu menetap disana," kata Kordinator Manajemen Satwa IAR Aris Hidayat, Selasa (26/7).

Adapun keenam belas Macaca tersebut diperoleh dari hasil proses translokasi komunitas pecinta satwa, penyerahan masyarakat di Bogor dan Jakarta serta dari Pusat Penyelamatan Satwa Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta. Berdasarkan hasil catatan IAR, usia Macaca rerata mulai enam bulan hingga sembilan tahun.

Pelepasan Macaca tersebut akan dilakukan dari kantor IAR di Curug Nangka, Ciapus, Bogor, Jawa Barat, Kamis (29/7) pada pukul 09:00. Lima personil evakuasi telah disiapkan untuk membawa 16 satwa yang terdiri dari sembilan ekor berjenis kelamin jantan dan tujuh berkelamin betina. Macaca diberangkatkan menggunakan sepuluh kandang transportasi yang khusus dirancang sesuai dengan prosedur standar pelepasan satwa.

Saat ini, seluruh Macaca telah berada dikandang sosialisasi. Dalam kurun waktu terakhir ini, Macaca telah memperlihatkan indikasi positif, yang diantaranya diamati lewat prilaku saling membersihkan tubuh diantara Macaca. Selain itu, yang tak kalah pentingnya yaitu hierarki antar Macaca dalam satu kelompok telah terbentuk.

Maka indikasi itulah yang kemudian menjadi pertanda bahwa Macaca tersebut telah memenuhi persyaratan umum untuk dikembalikan ke habitat asli disamping kondisi kesehatannya yang prima.

"Ini bisa dikatakan kelompok mereka sudah solid sehingga kekuatan kelompoknya bisa jadi bekal jika mereka tinggal diluar kandang atau di alam bebas," kata Aris lagi. "Jangan sampai dilepas ke alam malah saling berkelahi dan mati," tambahnya.

Lebih lanjut Aris menjelaskan, kesolidan Macaca di alam bebas akan membantu mereka untuk tidak mudah dimangsa kelompok Macaca lain yang lebih mendominasi lokasi. Itu sebabnya, tim IAR memisahkan mereka menjadi dua kelompok.

Pengelompokan ini pada intinya bertujuan agar strata sosial yang terbentuk selama berada didalam kandang, dapat meminimalisir konflik diantara Macaca muda dan tua. Sehingga kekuatan Macaca didalam masing-masing kelompok saling menguatkan.

"Kami memisahkan supaya antara Macaca satu dengan yang lainnya tidak berkelahi. Dalam dunia satwa, hukum alam masih berlaku. Yang paling hebat, yang paling berkuasa," sambung Aris.

Pelepasliaran Macaca ini kali ini merupakan yang ketiga kali yang telah dilakukan oleh IAR di pulau seluas 17.500 hektar itu sejak April 2008 dan Juli 2009.

Pemutaran Film Madagascar Tumbuhkan Antusiasme Anak

IAR, Bogor --  Siluet cahaya mirip sekumpulan hewan sedang bermain-main di permukaan tembok bercat putih di aula kantor International Animal Rescue (IAR) Indonesia di Curug Nangka, Ciapus, Bogor, Jawa Barat. Suara dan visual yang dibentuk dari sorotan cahaya itu, membuat 27 anak yang terdiri dari murid Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar, sejenak tertuju ke satu arah.

Mereka duduk bersilah dilantai dengan rapih. Sambil memegang makanan dan minuman, pandangan mereka tajam menyapu setiap peristiwa. Tak sedikitpun dari mereka terlihat berbicara, bahkan sebagian anak mengaku sudah sedari awal menyatakan keinginannya ingin menonton film berjudul Madagsacar itu.

Pemutaran film bertema seputar kehidupan hewan ini adalah program yang digulirkan pertama kali pada 2 Juli 2010 sebagai program anyar. Adalah tim edukasi yang berperan dibalik layar hingga program tersebut dapat terlaksana dengan sukses.

"Acara pemutaran film seperti ini akan terus kami lakukan dengan film-film yang penuh pesan pendidikan dan moral," kata anggota tim edukasi, Indri Hapsari.

Indri menambahkan, pemutaran film ini selain bertujuan untuk mengisi masa liburan sekolah, juga dapat memperluas cakrawala pengetahuan anak-anak terhadap film-film animasi sehingga, Indri melanjutkan, generasi penerus akan termotivasi untuk berkreativitas.

Nonton bareng ini juga diselingi dengan kegiatan lainnya, diantaranya menggambar hewan, membuat barang bekas menjadi barang berguna, games. Sebelum pulang masing-masing anak mendapatkan bros berbahan dasar koran nan penun aneka warna. Pemutaran film ini diadakan minimal empat kali dalam sebulan.

Pemutaran Film Gugah Kepedulian Siswa Mts Nurul Falah

IAR, Bogor -- "Marilah kita bantu orang-orang untuk melestarikan satwa yang ada, agar satwa yang ada di negara Indonesia tidak cepat punah, jangan membeli, menjual dan membunuh kukang," tulis salah seorang siswa Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah sesaat setelah menonton film 'Aku Si Kukang Jawa' yang diputar diaula sekolah pada 19 dan 20 Juni 2010 lalu.

Berbagai pesan bernada kepedulian terus berdatangan dari siswa kelas 7, 8 dan 9 sekolah itu. Selama dua hari berturut-turut, tim edukasi International Animal Rescue (IAR) Indonesia, memutarkan tiga judul film yaitu Aku Si Kukang Jawa, Ozzy Ozon, dan Alam Indonesia Diambang Kepunahan. Ketiga film itu menceritkan tentang pelestarian Kukang, lapisan ozon yang kian menipis serta kondisi alam Indonesia.

Sedikitnya 137 siswa selama kurang lebih tiga jam, disuguhkan dengan aneka kegiatan. Mulai dari permainan kuis berhadiah, sampai membuat pesan dukungan bagi si Kukang. Hampir seluruh siswa mengaku, dengan adanya pemutaran film ini, setidaknya telah menggugah kepedulian manusia terhadap pelestarian bumi dan seisinya.

"Lindungi hewan-hewan yang hampir punah. Jangan menebang hutan sembarangan karena akan membuat hewan kelaparan. Jagalah lingkungan dari polusi. Lindungilah lingkungan sekitar kita agar menjadi lingkungan yang indah dan sayangilah semua makhluk Tuhan dan jangan tebang pohon sembarangan," kata siswa-siswi kelas 9.

IAR Indonesia Sambut Kedatangan Siswa Madrasah Nurul Iman

IAR, Bogor -- Pusat rehabilitasi satwa International Animal Rescue (IAR) Indonesia kedatangan rombongan dari Sekolah Madrasah Nurul Imam pada 5 Juli 2010 lalu. Kedatangan mereka langsung disambut oleh tim edukasi IAR di aula tengah. Dalam rombongan itu, para guru dan beberapa orangtua siswa juga turut mendampingi.

Tanpa mengulur waktu, anggota tim edukasi memperkenalkan sekilas tentang latar belakang berdirinya IAR. Perkenalan kemudian berlanjut ke sebuah permainan melenturkan otot bernama 'Hi-Hallo'. Tak ketinggalan, anak-anak disajikan dengan dua pemutaran film bertema hewan satwa.

Usai menonton film, tim edukasi menyampaikan penjelasan mengenai pesan positif yang dapat dipetik dari film tersebut yang diselingi dengan beberapa pertanyaan. Pertanyaan ini langsung dijawab dengan baik oleh sebagian anak. Mereka bahkan saling berebut mengacungkan telunjuk.

Kegiatan selanjutnya diteruskan dengan menggambar diatas kertas. Disini mereka diminta untuk menggambar hewan seperti sapi, ayam, bebek, harimau, gajah dan monyet. Saat kegiatan masih berlangsung, secara bergiliran, anak-anak diajak melihat kandang habituasi Macaca atau monyet ekor panjang yang terletak dibelakang aula. Acara itu sekaligus menjadi akhir dari rangkaian kegiatan kunjungan yang dilakukan sejak pukul 08:00 hingga 11:00.

Manfaatkan Koran Bekas Jadi Tempat Pensil

Tempat Pensil dari Kertas Koran
IAR, Bogor -- Kertas koran yang diolah menjadi bubur kertas dapat berubah wujud jadi benda-benda berguna. Berkat tangan-tangan kreatif tim edukasi, tumpukan koran yang tersimpan disudut gudang, kini dapat beralih fungsi menjadi hiasan meja. Pemanfaatan barang bekas koran itulah yang sedang dilakukan oleh anak-anak Desa Sukajadi.

Tepatnya sabtu pagi, 3 Juli 2010. Mulai pukul 08:30, anak-anak berkumpul diruang aula. Mereka yang datang terdiri dari murid Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Sebelum memulai mengolah koran, mereka diberi pengarahan trik-trik jitu dengan hasil sempurna.

Pertama-tama kertas dipotong dengan ukuran sama, lalu digulung dan dibuat menyerupai pipa. Setelah itu tempelkan pada selembar kertas secara sejajar sampai menyisakan bagian kertas. Bagian kertas yang tidak ditempeli itu kemudian diberi perekat dan disatukan sehingga hasilnya berbentuk bulat namun bisa juga dibentuk sesuai keinginan. Selanjutnya, anak-anak menyertakan kardus bekas sebagai alas penopang dibagian bawah. Dan jadilah tempat pensil. Tetap kreatif nak!

Mendaur Ulang Sampah Gelas Plastik, Yuk..

Bunga dari Gelas Air Mineral
IAR, Bogor -- Tim edukasi International Animal Rescue (IAR) Indonesia mengadakan kegiatan mendaur ulang sampah bekas gelas plastik. Mendaur ulang ini untuk dijadikan pajangan bunga hias. Peserta kegiatan ini diikuti oleh 22 anak yang berasal dari warga di sekitar Curug Nangka, Ciapus, Jawa Barat pada 9 Juli 2010.

Anggota tim edukasi Indri, sebelum memulai praktek, terlebih dulu menyampaikan penjelasan kepada anak-anak tentang bagaimana membuat hiasan bunga dari bahan yang sudah tak terpakai. Indri juga memberikan pengantar mengenai dampak sampah bagi lingkungan rumah tinggal.

Usai memberikan penjelasan, anak-anak disuguhkan dengan pemutaran film berjudul "Sup Batu". Film ini diputar selama kurang dari 60 menit. Barulah setelah film berakhir, proses prakarya alih fungsi gelas plastik dimulai.

Anak-anak tampak antusias mengotak-atik benda bawaannya. Kedua tangannya terlihat sibuk memegang peralatan. Sementara anak lainnya terlihat sedang mengunting gelas dibagian bawah. Hasil guntingan itu terlihat menyerupai pucuk bunga yang sedang mengembang ke udara.

Hasil pembuatan bunga hias ini nantinya dapat dibawa pulang sepekan mendatang saat kegiatan lainnya digelar dihari itu. Diantara karya yang sudah jadi, beberapa bunga sudah diletakkan diatas meja.

Staf IAR Meriahkan Kegiatan Capacity Building

Staf bermain Trust Fall
IAR, Bogor -- Sejak pukul 08:00 para staf International Animal Rescue (IAR) Indonesia mulai tampak berdatangan dihalaman depan. Kamis, 15 Juli 2010, mereka mengikuti serangkaian kegiatan Capacity Building atau bisa diartikan sebagai pembekalan kompetensi diri. Tujuan kegiatan ini antara lain untuk penguatan karakter pribadi dalam menjalin komunikasi antar sesama rekan kerja.

Kegiatan tersebut meliputi berbagai permainan yaitu Hujan Rintik-rintik, Tali Pintar, Kata Berantai, Trust Fall dan Helium Stick. Seluruh permainan itu, menurut salah satu anggota tim edukasi Indri Hapsari, diantaranya bertujuan untuk melatih konsentrasi, membangun komunikasi, serta mempertajam alat pendengaran.
"Paling tidak permainan-permainan ini bisa melatih ketangkasan karakter staf dan bisa diterapkan dalam kehidupan nyata," kata Indri.

Permainan 'Kata Berantai', misalnya, permainan ini benar-benar menguji konsentrasi dari setiap pesertanya. Mereka diwajibkan untuk mengingat sebuah kalimat yang dibisikan dari panitia lewat telingga peserta yang berdiri dibarisan pertama dan kemudian diteruskan hingga peserta terakhir. Kalimat berbunyi "Saya suka situ sebab situ senang senyum-senyum sendiri seperti sapi" diharapkan tidak salah disampaikan atau kurang lengkap.


Seluruh permainan yang rampung dimainkan semata-mata tidak untuk mencari seorang pemenang melainkan hanya sebagai media sosialisasi terhadap para staf IAR. Dengan adanya kegiatan seperti ini, diharapkan antar sesama staf dapat bersinergi dalam menjalankan tugas merehabilitasi satwa.

Rabu, 21 Juli 2010

Pusat Rehabilitasi Satwa IAR Indonesia Terima 3 Kukang Jawa


IAR, Bogor -- Pusat rehabilitasi satwa Internasional Animal Rescue (IAR) Indonesia, menerima tiga Kukang Jawa dari Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Cikananga, Sukabumi, Jawa Barat, pada 24 Oktober 2009 lalu. Ketiga Kukang dinamai Malique, Caebus dan Nickti.

Latar belakang kesehatan dari masing-­masing Kukang sangat berlainan. Malique, misalnya, Kukang jantan asal Sukabumi dengan berat badan 859 gram ini, setelah diperiksa tim medis IAR, ternyata mengalami kebutaan dimata kanannya. Bekas luka sobek juga tampak dibagian mata, ditambah luka bekas patah tulang di kaki kanan. Kondisi itu diperparah dengan deretani gigi yang telah terinfeksi kuman penyakit. Maka, agar penyakit tidak menyebar luas, tim medis berencana melakukan pencabutan dibagian gigi tersebut.

Kondisi Caebus tak jauh berbeda. Gigi bagian depan tampak rusak. Setelah diidentifikasi secara intensif, tim medis memutuskan untuk mengambil tindakan preventif dengan melakukan pencabutan gigi. Tim menyatakan, Caebus mengalami perlakuan yang tidak baik. Giginya dicabut paksa menggunakan pemotong kuku. Kemungkinan, kejadian itu dialami saat Caebus terkungkung dalam jaringan transaksi jual beli satwa liar di daerah Bandung, Jawa Barat. Namun begitu, kondisi fisiknya cukup baik.

Nickti pun mengalami hal serupa. Kukang Jawa yang di temukan di pasar satwa di Bandung ini, dibagian giginya terlihat menghitam dan busuk. Tim medis juga akan mengambil langkah yang sama. Nickti akan menjalani operasi kecil pencabutan gigi agar penyakit seperti kerusakan gusi tidak dialami.

Tim Edukasi Libatkan Anak-anak Gelar Observasi Hutan

IAR, Bogor -- Memasuki libur sekolah, tim edukasi Pusat Rehabilitasi Satwa International Animal Rescue (IAR) Indonesia mengadakan observasi alam berupa pengenalan lingkungan dan satwa di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun - Salak, Pamijahan, Bogor, Jawa Barat pada 8 Juli 2010 lalu. Kegiatan sesi pertama itu diikuti oleh dua puluh empat anak berusia dibawah 12 tahun.

Peserta terlebih dulu dipecah menjadi empat kelompok yang terdiri dari masing-masing enam anak. Kelompok tersebut diberi nama Kucing, Amoeba, Jamur, dan Daun. Sekitar pukul 08:50, observasi dimulai.

Tim edukasi yang terdiri dari Indri Hapsari, Kusuma Lelana, Nu'man dan Ayu Diah secara bergantian memberikan pengarahan kepada seluruh peserta untuk mengenali tumbuhan dan satwa yang terdapat disekitar hutan. Peserta juga diminta untuk menggambar tumbuhan dan satwa yang mereka temukan selama observasi dilakukan.

"Selain untuk mengisi waktu liburan, anak-anak juga dapat mengetahui keragaman hayati yang ada disekitar taman nasional, ini penting untuk menjaga kelestarian alam," kata Kusuma didepan para peserta.

Penjelasan yang disampaikan tim edukasi rupanya membuat para peserta bersemangat. Mereka langsung menyebar ke dalam hutan sambil membawa perlengkapan alat tulis seperti pena dan kertas. Setelah satu jam di dalam hutan, mereka kembali lagi ke pos utama.

Tim lalu mengumpulkan kertas hasil pengamatan para peserta. Sebelum diminta menjelaskan gambar yang ditulis, mereka selanjutnya diminta untuk mengadu ketangkasan dengan permainan 'Tali Genit'. Permainan ini menggunakan seutas tali dalam keadaan terikat dan dilingkarkan ke tubuh. Tali tersebut dijalankan dari tubuh anggota ke anggota lainnya melalui pergelangan tangan tanpa memutus pegangan tangan. Kelompok Daun dan Jamur dinobatkan sebagai pemenang melampaui kecepatan empat kelompok lainnya.

Usai permainan, kelompok Kucing mengumumkan hasil temuannya satu persatu. Mereka mendapatkan burung, laba-laba, kupu-kupu, semut, cacing tanah, jamur tanah, rumput, paku-pakuan, talas, liana, manusia, belalang, kecoa, kaki seribu, capung, jamur payung, pohon pinus, pohon durian, talas, kadal, pohon nanas.

Sementara, kelompok Amoeba mendapatkan burung, kodok, ular, manusia, laba-laba, kupu-kupu, semut, capung, kaki seribu, jamur, rumput, pohon, lumut, kadal, dan pohon nanas.

Kelompok Jamur mendapatkan burung, kadal, kupu-kupu, semut, laba-laba titik, laba-laba pohon, capung, jamur payung, jamur tanah, jamur kayu, pohon, lumut pohon, rumput, semak, kadal, manusia, burung walet, kumbang, kecoa, ulat jengal, ulat bulu, ular, pohon cemara dan pohon sirih.

Terakhir, kelompok Daun menemukan burung, kadal, kupu-kupu, semut, laba-laba, capung, semut merah, capung jarum, cacing tanah, jamur tanah, jamur payung, rumput, pohon salak, pohon durian, kodok, dan lumut karpet.

Sejumlah peserta observasi mengatakan, kegiatan semacam ini selain dapat memberikan pengetahuan dini tentang alam, juga dapat menstimulasi kepedulian anak-anak agar dapat menjaga dan melestarikan alam khususnya bagi generasi penerus seusiannya.

Seperti yang dikatakan Resti, Guli Astria, dan Fajar. Peserta dari kelompok Kucing ini mengaku sangat senang mengikuti kegiatan tersebut. Menurut mereka, selain untuk mengisi masa liburan, kegiatan ini juga dapat membekali diri bagaimana menjaga dan merawat hutan beserta isinya.

"Senang banget bisa mengisi liburan sekolah dengan kegiataan yang bermanfaat. Kami mau ikut kalau ada kegiatan ini lagi," kata mereka kompak.

Indri Hapsari, anggota tim edukasi menjelaskan, kegiatan ini diharapkan dapat menyadarkan perilaku manusia dari kebiasaan memelihara satwa liar. Anak-anak, kata Indri, adalah generasi yang perlu diselamatkan agar perilaku keliru tersebut tidak menjalar ke generasi muda.

"Selain itu untuk mementingkan animal walfare, juga bagaimana anak memperlakukan satwa. Berharap bila anak-anak menemukan satwa liar agar tidak memeliharanya dan segera melapor ke IAR," kata Indri.

Selasa, 20 Juli 2010

IAR Indonesia Terima Dua Ekor Kukang Pemberian Warga

IAR, Bogor -- Pusat rehabilitasi satwa International Animal Rescue (IAR) Indonesia menerima dua ekor Kukang hasil pemberian warga di dua daerah yang berbeda.
Kukang Jawa berjenis kelamin betina yang dinamai Waka-waka ini adalah Kukang yang pertama diserahkan ke tim rescue dari pemiliknya Husna Dwi Putra di kediamannya di Karawang, Jawa Barat, pada 26 Juni 2010 lalu.

Menurut penuturan Husni, Kukang tersebut dibeli dari seorang pedagang hewan satwa di daerah Bandung, Jawa Barat, seharga Rp 150.000. Kala itu, umur Kukang masih belia.

"Kata pedagangnya umur Waka-waka masih bayi," kata Husni kepada tim rescue, Juni lalu di kediamannya.

Selama dipelihara, Kukang dikandangkan di dalam sebuah kotak kayu berukuran tiga kali lipat besar tubuhnya dan diletakkan di sekitar halaman rumah. Soal konsumsi makanan, Husni sering memberinya coklat dan pisang yang sudah dicairkan terlebih dulu.

Tim Rescue, yang menyambangi Kukang tersebut di Karawang, setelah melakukan pemeriksaan intensif, menemukan beberapa masalah menyangkut kondisi kesehatan gigi. Bagian rahang atas dan bawah serta gigi taring tampak ompong. Bukan hanya itu, kondisi gigi dibagian lainnya, juga dalam keadaan rusak.

"Agar tidak terjadi kebusukan gigi, ini harus dilakukan operasi pencabutan gigi sehingga gigi yang kemungkinan akan busuk tidak menyebarluas," kata Tim Rescue.

Berbeda dengan kondisi Kukang Sumatera jantan milik Havid, warga asal Depok, Jawa Barat. Kukang berusia 2 tahun bernama Zakumi yang baru dipelihara selama sehari ini masih menunjukan kondisi kesehatan yang baik meski giginya sudah tak utuh lagi.

"Kalau ditemukan ada indikasi berbahaya yang dapat mengancam gigi Kukang, ada kemungkinan dilakukan operasi pencabutan," kata Tim Rescue.

Selama dipelihara didalam kandang plastik berukuran 50x30 centimeter dan diletakkan didalam rumah, Kukang ini hanya diberi makan pisang dan pepaya.

Berselang sehari, sang pemilik lalu menyadari bahwa keinginannya memelihara hewan satwa tidak dibenarkan oleh Undang-undang. Hal itu diketahui setelah dia membaca informasi seputar Kukang di internet.

Akhirnya Havid memutuskan untuk mengembalikan Kukang ke habitat aslinya melalui penanganan tim rescue pada 1 Juli 2010 lalu.

Zakumi telah berganti nama menjadi Josh, dan kini kedua Kukang tersebut telah berada di Pusat Rehabilitasi Satwa International Animal Rescue (IAR) Indonesia di Ciapus, Curug Nangka, Bogor, Jawa Barat, untuk menjalani serangkaian proses pembekalan sebelum dilepasliarkan ke habitatnya.

Selasa, 13 Juli 2010

Enrichment Makanan, Bantu Monyet Ekor Panjang Berperilaku Alami

IAR, Bogor – Sharmini, sukarelawan asal Malaysia tengah asyik mengamati perilaku Macaca Fascicularis atau monyet ekor panjang, di Pusat Rehabilitasi Satwa Internasional Animal Rescue (IAR) Indonesia, Curug Nangka, Ciapus Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Kedua bola matanya naik-turun mengikuti tingkah-polah Maccaca di salah satu kandang tersebut. Rupanya, Sharmini sedang meneliti dampak psikologis yang bakal muncul ketika proses rehabilitasi terhadap Maccaca dilakukan. Sebelum melepasliarkan Maccca, Sharmini menerapkan pembekalan ‘hukum alam’. Salah satu cara yang dilakoni yaitu dengan Enrichment of Food.

Penelitian ini, menurut Sharmini, bertujuan untuk memberikan secuplik informasi kepada Macaca tentang keadaan lingkungan alam yang sebenarnya dari dalam kandang. Maka, pendekatan melalui adaptasi lingkungan fiktif ini, dapat membantu Maccaca lebih cepat mempelajari keadaan alam. Dari penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa penyesuaian lingkungan dapat meningkatkan interaksi sosial. Hal itu dapat juga berarti sebagai cara yang tepat untuk bertahan hidup di alam liar.

Sharmini menggunakan makanan sebagai enrichment karena murah dan mudah disiapkan serta dapat mengembangkan keahlian yang dibutuhkan saat Maccaca kembali ke alam. Situasi alam sangat dinamis dan selalu berubah-ubah. Dengan adanya terapan ini diharapkan Maccaca mampu mengasah keahliaannya sendiri sesuai dengan batas kebutuhan hidup di alam.

Sharmini mengunakan 3 jenis pendekatan makanan untuk meningkatkan kemampuan dan mengembangkan perilaku saat mencari makanan.
Pertama, dengan cara menyebar biji kecil seperti biji bunga matahari, jagung kering, ke atas tanah.

Kedua, madu yang disimpan pada lubang di dahan pohon di dalam kandang. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan waktu dan perilaku pencarian makanan di pohon saat mencari serangga di pohon.

Terakhir, karung goni yang diisi dengan daun bambu kering serta ditambahkan kacang tanah dan buah-buahan kecil lalu diikat dibagian atas kandang. Hal ini berguna untuk meningkatkan manipulasi dan waktu mencari makanan.

Hasil dari pengamatan Sharmini secara umum, diketahui bahwa satwa berusia muda adalah satwa yang paling mendominasi dalam penggunaan pendekatan ini.

Batasan waktu mencari makanan seiring meningkat dengan penggunaan ketiga enrichment tersebut, namun khusus untuk pendekatan dengan madu pada sebuah dahan pohon, dipastikan dapat mudah ditemukan dan dihabisi. Terdapat peningkatan aktivitas namun bukan peningkatan keseluruhan pada waktu mencari makanan. Dapat terlihat secara umum bahwa Maccaca menghabiskan waktu lebih lama pada enrichment karung dan biji-bijian. Enrichment makanan yang sederhana dapat meningkatkan periode waktu dalam mencari makanan kepada satwa sebelum dilepasliarkan.

Selasa, 06 Juli 2010

Minim Pengetahuan Merawat Kukang, Akibatkan Kematian


IAR, Bogor -- Malang betul nasib Cinere. Kukang Sumatera betina milik Setiawati warga Cinere, Depok ini, akhirnya tewas di pusat rehabilitasi International Animal Rescue (IAR) Indonesia di Ciapus, Curug Nangka, Bogor, Jawa Barat, setelah selama dua pekan mendapatkan perawatan intensif dari tim medis IAR. Kukang seberat 550 gram ini menurut tim dokter mengalami demam tinggi.

Sebelum diserahkan ke pusat rehabilitasi IAR pada 24 Juni lalu, kondisi kesehatan Cinere sangat mengkhawatirkan. Gigi taring atas dan bawah ompong. Dia juga jarang sekali menyantap makanan dan minuman yang disediakan. Bahkan, tak jarang Cinere memuntahkan makanan dari dalam perutnya. Pemandangan seperti itu kerap tergambar ketika kondisinya melemah.

Menurut penuturan Setiawati, semasa hidupnya, Cinere sudah dipelihara kurang lebih selama setahun. Dalam setahun itu, Cinere hanya diberi makan buncis dan pisang. Cinere ditempatkan di sebuah keranjang cucian. Saat kondisinya parah, Setiawati kemudian menghubungi tim rescue IAR untuk meminta bantuan.

Peristiwa yang menimpa Cinere menggambarkan bahwa Kukang bukanlah hewan peliharaan. Ia adalah hewan liar yang seharusnya hidup di alam. Sebagus apa pun kandangnya dibuat, bagi kukang itu adalah penyiksaan.

Menyayangi Kukang adalah dengan membiarkan mereka hidup di hutan bebas.