Senin, 20 Desember 2010

TRAFFIC: Kukang masih dijual bebas

TRAFFIC menemukan fakta di lapangan: kukang masih dijual secara terbuka di pasar-pasar satwa di Indonesia, bahkan hanya sehari setelah berbagai lembaga konservasi dan wakil pemerintah bertemu dalam seminar konservasi kukang di Bogor, Jawa Barat, awal Desember lalu.

Chris R. Shepherd, Direktur Regional TRAFFIC Asia Tenggara melihat langsung di pasar Jatinegara pada 10 Desember, kukang dijajakan dalam kandang-kandang pinggir jalan. Salah satu toko bahkan menempatkan 6 kukang bersesakan dalam satu kandang.

“(Keberadaan) Hewan-hewan ini memperlihatkan ancaman yang dihadapi kukang dan spesies terancam lainnya di Indonesia. Perdagangan dilakukan secara terbuka dan pedagang tidak takut pada hukuman," ujar Chris.

Beberapa hewan dilindungi lainnya tampak dijual di pasar tersebut, termasuk beberapa jenis elang (crested serpent eagle & hawk eagle), burung layang-layang dan kucing hutan.

Berita selengkapnya dari TRAFFIC bisa dibaca.di sini.

foto: Olivier Caillabet/TRAFFIC Southeast Asia

(k)

Selasa, 14 Desember 2010

Sahabat satwa Indonesia di Belanda


Sudah lebih dari setahun terakhir ini, dua ibu dan satu bapak aktif menggalang dana di Belanda untuk membantu satwa yang dirawat di pusat rehabilitasi IAR di Indonesia. Mereka juga giat menyebarkan informasi mengenai satwa Indonesia yang terancam punah kepada masyarakat di sana.

Kepedulian Ibu Yvonne, Ibu Drineke, dan Pak Willy pada satwa Indonesia mendorong ketiganya mengikuti berbagai bazaar dan membuka stand di pekan-pekan raya untuk menjual barang-barang mereka yang tidak digunakan lagi. Mereka sudah melakukannya antara lain di kota Bilthoven dan Utrecht.

Setiap ada kesempatan jadi peserta bazaar, mereka akan ikut berpartisipasi membuka stand untuk menggalang dana. Merekapun memberi informasi pada pengunjung bazaar mengenai kondisi satwa-satwa liar Indonesia yang membutuhkan pertolongan. Hasil dari penjualan barang-barang itu sepenuhnya mereka kirimkan ke IAR Indonesia untuk membantu satwa di negeri yang sesungguhnya jauh dari tempat tinggal mereka.


Ketiganya adalah warganegara Belanda. Kegiatan mereka ini merupakan bentuk cinta mereka kepada satwa Indonesia. Dana yang mereka kirimkan selama ini sangat membantu para orangutan, kukang, macaca, juga anjing dan kucing jalanan yang diselamatkan dan dirawat IAR Indonesia.

Minggu, 12 Desember 2010

Jack, Ledi dan Puyol: 3 bayi orangutan penghuni baru Pusat Rehabilitasi IAR di Ketapang

Pusat Rehabilitasi International Animal Rescue (IAR) di Ketapang, Kalimantan Barat kembali menerima hasil penyitaan orangutan. Kali ini: 3 bayi orangutan. Mereka berhasil diselamatkan oleh tim yang terdiri dari IAR Indonesia, Yayasan Palung, tiga polisi hutan dari BKSDA Ketapang dan satu anggota polisi dari Polres Ketapang. Penyitaan dilakukan Kamis 2 Desember lalu.

Dua dari bayi-bayi tadi selama ini dikurung secara ilegal di kantor perusahaan tambang bauxit PT Harita. Satu bayi lagi didapat dari penduduk yang merantainya setelah ibu sang bayi dibunuh dan dimakan.
 
Puyol

Jack & Ledi
Kedua orangutan yang dikeluarkan dari kurungan PT Harita, adalah korban perdagangan satwa. Mereka dibeli dari pemburu oleh manajer lapangan PT Harita. Dalam Undang-Undang no. 5 tahun 1990, tindakan memburu, membunuh, menangkap, menjual, membeli, memelihara, atau menyakiti orangutan adalah pelanggaran hukum. Kedua bayi itu sudah berada di sana selama berminggu-minggu, walaupun di lokasi pertambangan itu selalu ada beberapa petugas dari BRIMOB.

Walaupun hukum yang melindungi orangutan sudah berumur 20 tahun, jarang sekali diterapkan hukuman pidana. Populasi orangutan menyusut dengan cepat sekali. Jika tidak ada yang dilakukan untuk mencegahnya, satwa langka ini bisa saja punah.

Andrew de Sousa dari Yayasan Palung mengatakan, "Jika sebuah perusahaan besar yang melanggar Undang-Undang bisa bebas dari hukuman, itu berarti pesan bagi publik bahwa pelanggaran-pelanggaran hukum di kemudian hari juga tidak akan dikenai pidana. Tanpa adanya komitmen kuat dari pemerintah, sulit bagi kita untuk bisa optimis mengenai masa depan orangutan."
Dr. Karmele & Puyol

Karmele Llano Sanchez, direktur veteriner International Animal Rescue, mengatakan, "Karena orangutan dan manusia mirip, maka banyak penyakit pada orangutan yang juga bisa diidap oleh manusia. Masalah penularan penyakit dari orangutan ke manusia dan sebaliknya ini merupakan masalah serius."

Ketiga bayi orangutan tersebut sekarang telah berada dalam perawatan dokter-dokter hewan IAR. Mereka tidak lagi ketakutan dengan rantai di leher. Ketiganya kini bisa tidur lebih nyaman dalam kandang dengan selimut dan beberapa mainan, serta mendapat makanan sehat secara teratur. Mereka diberi nama Jack, Ledi, dan Puyol.


Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Yayasan Palung: Phone/Fax: +62.534.3036367
Email: yayasanpalung@gmail.com
IAR Indonesia - Dr. Karmele: 0813 1888 7263
Email: informasi@internationalanimalrescue.org