Kamis, 29 Desember 2011

PROGRAM PENGOBATAN DAN VAKSINASI ANJING DI KAMPUNG CIKEUSIK KAB LEBAK BANTEN

Tim satwa
Oleh : Aris Hidayat
15 anjing  berhasil kami tangkap dalam kegiatan vaksinasi dan pengobatan pada satwa anjing di kampung cikeusik baduy dalam desa kenekes kec leuwi damar kab lebak.
Program ini terlaksana sebagai hasil kerjasama antara Ekuator Indonesia, IAR Indonesia dan dinas peternakan provinsi banten. Dalam kegiatan social untuk masyarakat baduy dalam tersebut selain kegiatan  vaksinasi anjing  juga ada kegiatan pengobatan untuk manusia, kegiatan pengenalan dan tukar informasi tentang pengobatan herbal serta survey tanaman pangan alternative bagi masyarakat baduy dalam.
Saat menuju Baduy Dalam

Dalam kegiatan vaksinasi anjing, sebenarnya jumlah tersebut diatas masih jauh dari harapan mengingat estimasi jumlah anjing yang ada di kampung cikeusik sekitar 60 ekor. Musim hujan jadi penghambat karena banyak orang-orang baduy lebih memilih tetap tinggal di huma (gubuk di ladang) pada saat musim hujan sehingga anjing yang mereka miliki juga ikut menginap di ladang juga.
Tim YIARI
Untuk kedepannya, kegiatan vaksinasi anjing ini akan dilakukan lagi sebagai aksi social yang berkelanjutan bagi masyarakat baduy dalam mengingat kabupaten lebak termasuk dalam daerah suspect bagi penyakit rabies yang bersifat zoonosis atau bisa menularnya penyakit oleh anjing kepada manusia. Kegiatan ini akan tetap dilakukan sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat baduy dalam secara keseluruhan dengan tetap menghargai adat istiadat mereka yang begitu luhur di bumi Indonesia.

Dora, monyet cilik pendatang baru di Ciapus

Dora sedang diberi susu
Sejak November 2011, Yayasan  IAR Indonesia di Ciapus kedatangan penghuni baru. Seekor monyet balita berambut hitam yang sebelumnya dibeli oleh seseorang di pasar hewan sebelum akhirnya diserahkan kepada JAAN lalu ditranslokasi ke YIARI, Ciapus.
Dora, monyet yang cukup aktif dan sehat ini masih dirawat oleh tim medis dan tim perawat satwa, terutama untuk pemberian makanan dan susu. Tim juga mulai memperkenalkan Dora dengan kelompok monyet ekor panjang yang terdiri dari betina dan anak-anak. Perkembangannya cukup bagus, monyet betina dewasa menanggapi kehadiran Dora secara positif.
Semoga saja Dora bisa beradaptasi dengan cepat sehingga dia bisa bergabung dengan kelompok monyet ekor panjang betina yang nantinya akan bergabung dengan kelompok monyet ekor panjang jantan untuk dilepasliarkan kembali ke alam (IHp_EDUYIARI).



Kampanye Penyadartahuan Kukang berlanjut

situasi di tempat kampanye, Sempur, Bogor
Pada bulan Oktober 2011, tim penyadartahuan kukang Yayasan IAR Indonesia mendapatkan kabar bahwa di pasar kaget yang selalu buka pada hari minggu di Lapangan Sempur ada yang menjual kukang. Maka pada bulan November tanggal 13 dilakukan kampanye penyadartahuan kukang di sana.

Dibantu oleh beberapa volunteer dari mahasiswa  FKIP Biologi Universitas  Pakuan,  alumni  FKH  IPB,  alumni  FMIPA  Biologi UI, mahasiswa  Kehutanan  IPB, beberapa siswa MTSN Bogor, freelancer dan perawat satwa kukang kampanye pun dilaksanakan. Diantara stand-stand penjualan yang menjual berbagai macam hal stand YIARI pun di buka.

Tim memajang beberapa hal seperti beberapa display tentang kukang dan pusat rehabilitasi YIARI serta membagikan flyer kukang dan leaflet kecil yang berisi informasi tentang kukang. Selain itu tim juga melakukan pengambilan data berupa kuesioner kepada beberapa pengunjung pasar.

Sementara itu pada tanggal 19 Desember 2011, simpatisan dari Klub Konservasi Sekolah (KKS), siswa SMK 12 Bandung dan mahasiswa Universitas Padjadjaran melakukan aksi kampanye Selamatkan Populasi Kukang di Jalan Merdeka, Bandung, Jawa Barat. Kampanye ini ditujukan agar masyarakat menyadari bahwa kukang tidak boleh dipelihara, diperjualbelikan dan ditangkap agar kukang tidak punah dan kelestarian alam tetap terjaga (IHp_EduYIARI).

Kamis, 15 Desember 2011

Staf YIARI Ciapus mengikuti acara Hari Penanaman pohon “Penanaman Satu Milliard Untuk Dunia

Sepuluh orang staf YIARI mengikuti kegiatan penanaman pohon di Desa Sukajadi dan Tamansari Ciapus Bogor pada hari Kamis, 15 Desember 2011. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka Hari Penanaman pohon “Penanaman Satu Milliard Untuk Dunia (One Billion Trees For The World)” OBIT tingkat Kabupaten Bogor Tahun 2011.
Murid SD Gadog 03 yang sedang menanam
Lokasi kegiatan yang dilaksanakan sejak pukul 09.00 ini terbagi menjadi dua. Yang pertama terletak di Desa Sukajadi dan terbagi ke dalam 3 tempat penanaman yaitu 2 titik di sebelah kanan jalan raya dan 1 titik di sebelah kanan jalan raya. Sementara itu tempat kedua terletak di Kecamatan Tamansari di sepanjang Jalan Tamansari. Acara ini selesai pada pukul 10.35 WIB. Bibit pohon yag ditanam antara lain berasal dari jenis Sengon, Durian, nangka dan Mahoni.
Selain staf Yayasan IAR Indonesia terdapat partisipan lain yang ikut menanam seperti tokoh masyarakat, aparat desa, polisi, orangtua murid dan murid dari SDN Gadog 03.
Semoga dengan adanya kegiatan penanaman satu miliar pohon, lingkungan sekitar kita tetap hijau dan hutan Indonesia kembali rimbun oleh pepohonan.

13 ekor Monyet Ekor Panjang Menikmati Kebebasan Hidup di Alam




Pemeriksaan kesehatan Macaca

Pusat rehabilitasi primata IAR Indonesia telah berhasil merehabilitasi dan melepasliarkan dua kelompok monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Pulau Panaitan-Taman Nasional Ujung Kulon pada tanggal 27 November 2011. Dua kelompok ini terdiri dari 6 ekor Kelompok Boy dan 7 ekor Kelompok Aquino. Mereka datang ke pusat rehabilitasi dengan berbagai kisah yang berbeda. Macaca bernama Api-Gunung-dan Jogja misalnya, mereka ialah korban evakuasi letusan gunung Merapi yang terjadi Oktober satu tahun silam. Macaca ini peliharaan yang ditinggalkan pemiliknya dengan kondisi dirantai saat peristiwa letusan Merapi. Setelah melalui proses rehabilitasi meliputi observasi tingkah laku, pengenalan makanan alami, pembentukan kelompok, pemberian enrichment untuk memicu perilaku alami, serta dinyatakan sehat, kemudian bisa dapat dilepasliarkan ke alam.
Lokasi pelepasliaran Legon Haji - Pulau Panaitan
Macaca secara alami hidup berkelompok dengan jantan dominan sebagai pemimpin. Kelompok macaca yang dirilis kali ini, satu kelompok dipimpin oleh Boy, Evita sebagai betina dewasa, Api, Ariel, Liong, dan Veron. Kelompok lainnya Aquino sebagai pemimpin kelompok, Annisa betina dewasa, Rita, Reni, Naeva, Gunung, dan Jogja. Lokasi pelepasliaran kali ini berbeda, sebelumnya Legon Kadam, dan rilis-site kali ini dipilih Legon Haji. Satu minggu sebelum satwa dibawa, tim advance dikirim untuk melakukan persiapan mengeksplorasi lokasi pelepasan dan membangun kandang habituasi.
Tim satwa YIARI
Kemudian pada 23 November pukul 14.00 mulai dilakukan prosedur medis yang meliputi pembiusan, pemeriksaan kesehatan umum, penimbangan, dan pemasangan microchip untuk identifikasi dimasa depan, setelah itu setiap ekor dimasukan dalam kandang transport. Pukul 21.00 WIB tim satwa berangkat dari Bogor menuju pelabuhan kecil di Sumur-Pandeglang Banten, selama diperjalanan diberikan air minum elektrolit dan pakan. Keesokan harinya kami sampai pukul 06.00 dan segera naik ke kapal yang akan mengangkut kami ke Pulau Panaitan, kami ditemani oleh dua polhut selama proses rilis ini. Lama perjalanan dengan kapal sekitar 3 jam. Selama diperjalanan ini kami sangat menikmati hijau-birunya laut, ombak yang tenang, dan burung laut terbang diatas kami. Kemudian kami mendekat ke sebuah pulau dengan pasir putih, dan pindah ke perahu jukung untuk bisa mendekat ke daratan. Kelompok Boy dan Aquino dilepas satu per satu ke dalam kandang habituasi. Mereka menghabiskan waktu selama dua hari di kandang habituasi untuk bisa mengenal kondisi lingkungan, suara, dan pakan alami yang ada disana.
Ariel makan buah Lampeni
Selama dua hari ini tim satwa melakukan observasi tingkah laku dari kejauhan. Terkadang macaca ‘Api’ memperlihatkan stereotypic bila ia mengetahui ada manusia dedekat area itu, sehingga selain observasi kami harus sejauh mungkin dari kandang habituasi. Di sekitar lokasi ini diperkirakan dihuni juga oleh 3 kelompok macaca liar. 1 kelompok didekat camp, 2 kelompok lain didekat kandang habituasi. Selama di kandang habituasi kami memperkenalkan pakan alami yang ada disana seperti daun waru laut dan daun-buah lampeni (Ardisia humilis), dan mayoritas mereka menyukai itu. Pada 27 November kami membuka atap kandang dan satu persatu dari mereka berlarian keluar dari kandang. Moment ini sungguh sangat membahagiakan bagi kami. Mereka semua berlari menjauhi manusia, dan inilah yang kami harapkan: tidak adanya ketergantungan macaca hasil rehabilitasi dengan manusia.
Monyet ekor panjang, satwa yang sering dipandang sebelah mata karena terkenal sebagai ‘hama’, ‘overpopulasi’, ‘tidak dilindungi’, namun hakikatnya mereka memiliki hak hidup dan kekebasan yang sama dengan satwa terancam punah sekalipun. Biarkan Mereka Hidup Bebas Di alam. Salam Lestari! (Intan Citraningputri-IAR Indonesia).