Jumat, 21 Desember 2012

"Mudahnya" Mengambil Dari Alam??

Oleh: Ayut Enggeliah E.

Staff Edukasi dan Penyadartahuan Yayasan IAR Indonesia

Salah satu permasalahan utama kesehatan pada Kukang di Yayasan IAR Indonesia adalah hampir semua gigi Kukang ompong atau tidak bergigi. Gigi Kukang bisa dipastikan dicabut atau dipotong pada saat dipasar/pedagang, hal ini sangat fatal karena gigi taring pada kukang adalah alat bertahan hidup dialam, bisa dibayangkan kalau gigi sudah tidak ada akan kesulitan memakan serangga dan mengerat pohon untuk dimakan getahnya. Sampai kapan Kukang nasipnya hanya dikandang??? 

Lebih bijak untuk tidak membeli kukang!!

 

 

Untuk mengetahui informasi detai tentang Yayasan IAR Indonesia silahkan join di:

http://www.facebook.com/yayasan.iar

http://www.facebook.com/pages/Yayasan-IAR-Indonesia/383008065122321

 

Selasa, 18 Desember 2012

Penyadartahuan Di Kaki Gunung Salak

Oleh: Ayut Enggeliah E dan Nu'man

Tim Edukasi dan Penyadartahuan Yayasan IAR Indonesia

 

Edukasi terasa berat istilah ini untuk anak-anak, akan lebih enak menyampikannya dengan bahasa yang disukai anak-anak seperti "asikkk nonton film...". Yayasan IAR Indonesia terus mengupayakan kepada anak-anak usia dini untuk lebih mencintai dan menjaga kawasan hutan sebagai habitat satwa. Pagi ini 18 Desember 2012 tim YIARI edukasi menyampaikan nilai penting kawasan TNGHS sebagai habitat dan lokasi pelepasliaran Kukang jawa di alam melalui media pemutaran film tentang hutan sebagai habitat satwa.

Taman Nasional Gunung Halimun Salak selain mempunyai nilai penting kawasan juga merupakan salah satu kawasan yang memiliki kekayaan Biodiversity tertinggi di Indonesia, TNGHS juga merupakan kawasan masih terjaga ekosistem sehingga sejak tahun 2009 menjadi lokasi pelepasliaran Kukang jawa setelah melalui proses rehabilitasi satwa di YIARI, banyak upaya pelestarian kawasan salah satunya terus berupaya memberikan informasi kepada semua lapisan masyrakat untuk bersama menjaga Gunung Salak agar tetap lestari dan berdampingan dengan masyarakat sekitar kawasan

Kegiatan kali ini dilaksanakan di SDN Gadog 3 Tamansari Kabupaten Bogor sekitar 160 murid menikmati materi dan pemutaran film yang disampaikan oleh tim edukasi. Berharap terus ada regenerasi hijau sebagai tonggak penlindung kawasan dari anak-anak tersebut pagi ini.

 

Senin, 17 Desember 2012

“Pemahaman dan Pengelolaan Hubungan Antara Manusia dengan Monyet Ekor Panjang” Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Oleh: Diaz Sari Pusparini
Koordinator Program Mitigasi Konflik Monyet ekor panjang

Macaque conflict mitigation program atau program mitigasi konflik monyet ekor panjang, merupakan salah satu program dari Yayasan International Animal Rescue (IAR) Indonesia yang bertujuan untuk penanganan konflik antara monyet ekor panjang dan manusia yang hidupnya saling berdampingan di sekitar habitat monyet ekor panjang. Salah satu tahapan dari mitigasi konflik ini adalah Kegiatan Edukasi dan P
enyadartahuan. Target kegiatan kali ini adalah lokal masyarakat di sekitar habitat monyet ekor panjang di Muara Angke, yaitu Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara.
Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 21 November 2012 ini, dihadiri oleh perwakilan dari RT, RW, pengurus PKK dan Posyandu di Kelurahan Kapuk Muara. Kegiatan ini dibuka oleh wakil lurah Kapuk Muara, Bapak Supartono. Kemudian acara dilanjutkan dengan pemaparan materi Hutan Angke Kapuk – Habitat terakhir monyet ekor panjang di Jakarta, oleh Diaz Sari Pusparini sebagai koordinator Macaque Conflict Mitigation Program Yayasan IAR Indonesia. Setelah itu, dilanjutkan sesi diskusi dengan warga Kapuk Muara yang hadir.
Hasil diskusinya antara lain, warga menyarankan untuk melakukan edukasi dan penyadartahuan juga di lokasi seperti Kelurahan Pluit, Penjaringan, Kamal yang berbatasan langsung dengan kawasan konservasi Hutan Angke Kapuk. Selain itu, pesan dari Bapak Supartono, “ Kegiatan edukasi dan penyadartahuan ini perlu dilakukan secara berkelanjutan. Hutan bakau di Jakarta Utara harus tetap terjaga kelestariannya supaya hewan-hewan bisa tetap hidup di sana.” Kerja sama antara Yayasan IAR Indonesia dengan Kelurahan Kapuk Muara diharapkan terus berlanjut, yaitu dalam hal penjagaan kawasan Hutan Angke Kapuk sebagai habitat monyet ekor panjang.
Yayasan International Animal Rescue (IAR) Indonesia
Diaz Sari Pusparini
Koordinator Program Mitigasi Konflik Monyet ekor panjang IAR Ciapus – YIARI
Mobile: 085693786708
Website: internationalanimalrescue.org
Blog: yayasaniarindonesia.blogspot.org
 

Penyadartahuan Kepada Masyarakat Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara

Oleh: Diaz Sari Pusparini
Koordinator Program Mitigasi Konflik Monyet ekor panjang
Macaque conflict mitigation program atau program mitigasi konflik monyet ekor panjang, merupakan salah satu program dari Yayasan International Animal Rescue (IAR) Indonesia yang bertujuan untuk penanganan konflik antara monyet ekor panjang dan manusia yang hidupnya saling berdampingan di sekitar habitat monyet ekor panjang. Salah satu tahapan dari mitigasi konflik ini adalah Kegiatan Edukasi dan Penyadartahuan. Target kegiatan kali ini adalah lokal masyarakat di sekitar habitat monyet ekor panjang di Muara Angke, yaitu Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara.

Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 21 November 2012 ini, dihadiri oleh perwakilan dari RT, RW, pengurus PKK dan Posyandu di Kelurahan Kapuk Muara. Kegiatan ini dibuka oleh wakil lurah Kapuk Muara, Bapak Supartono. Kemudian acara dilanjutkan dengan pemaparan materi Hutan Angke Kapuk – Habitat terakhir monyet ekor panjang di Jakarta, oleh Diaz Sari Pusparini sebagai koordinator Macaque Conflict Mitigation Program Yayasan IAR Indonesia. Setelah itu, dilanjutkan sesi diskusi dengan warga Kapuk Muara yang hadir.
Hasil diskusinya antara lain, warga menyarankan untuk melakukan edukasi dan penyadartahuan juga di lokasi seperti Kelurahan Pluit, Penjaringan, Kamal yang berbatasan langsung dengan kawasan konservasi Hutan Angke Kapuk. Selain itu, pesan dari Bapak Supartono, “ Kegiatan edukasi dan penyadartahuan ini perlu dilakukan secara berkelanjutan. Hutan bakau di Jakarta Utara harus tetap terjaga kelestariannya supaya hewan-hewan bisa tetap hidup di sana.” Kerja sama antara Yayasan IAR Indonesia dengan Kelurahan Kapuk Muara diharapkan terus berlanjut, yaitu dalam hal penjagaan kawasan Hutan Angke Kapuk sebagai habitat monyet ekor panjang.

Yayasan International Animal Rescue (IAR) Indonesia
Diaz Sari Pusparini
Koordinator Program Mitigasi Konflik Monyet ekor panjang IAR Ciapus – YIARI
Mobile: 085693786708
Website: internationalanimalrescue.org
Blog: yayasaniarindonesia.blogspot.org

"Lisa" si Kukang sumatera (Nycticebus coucang) Menjalani Masa Habituasi Di Hutan Lindung Batutegi Lampung.

Oleh: Robithotul Huda
Koordinator Program Pelepasliaran dan Monitoring

Pada tanggal 10 Desember 2012 BKSDA Lampung,  Yayasan IAR Indonesia dan  KPHL Batutegi  mentranslokasi Kukang Sumatra (N.Coucang) hasil sitaan BKSDA Lampung ke kandang habituasi Hutan Lindung  Batutegi, Lampung. Kukang sumatera adalah salah satu dari 3 jenis yang dimiliki oleh Indonesia, 3 jenis ini merupakan dari 5 jenis Kukang didunia yang ditetapkan sebagai satwa terancam punah didunia Apendik I dari CITES.
Sebagai bangsa kita wajib berbangga akan kekayaan biodiversity Indonesia merupakan peringkat ke dua setelah Brazil terutama kekayaan jenis mamalia dan kelautannya. Termasuk jenis primata dari 5 jenis Kukang di dunia 3 diantaranya ada di Indonesia.
Selanjutnya kukang Sumatra betina yang diberi nama Lisa ini akan menjalani masa habituasi serta pemulihan kondisi fisiknya yang terlihat agak kurus hingga dia benar-benar siap untuk dikembalikan ke habitat aslinya yaitu Hutan Lindung Batutegi Lampung.
Tujuan pelepasliaran satwa liar jenis Kukang adalah merupakan salah satu upaya konservasi mempertahankan jenis species dihabitat alaminya setelah banyaknya masalah mulai dari perburuan, perdagangan sampai akhirnya nasip jenis satwa nocturnal ini susah untuk dilepasliarkan kembali karena pemburu dan pedagang selalu memotong bahkan mencabut gigi sebagai alat utama bertahan hidup dialam liar Kukang. Harapan baru bagi Lisa ini untuk melanjutkan regenerasinya dalam mengambil peran penting di alam sehingga terjadi keseimbangan ekosistem dan semoga akan tetap lestari. 
Mari peduli kepada kelestarian Kukang dengan berbuat kecil untuk kelestariannya, dengan tidak membeli Kukang!

Rabu, 12 Desember 2012

PRESS RELEASE: PELEPASLIARAN ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus) “PELANSI” KE AREAL HUTAN PEMATANG GADUNG KALIMANTAN BARAT



Ketapang, Selasa 11 Desember 2012


          Pusat Rehabilitasi dan Konservasi Orangutan Yayasan IAR Indonesia di Ketapang kembali melepasliarkan Orangutan setelah melewati masa rehabiitasi, “Pelansi” adalah orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), pemberian nama ini memiliki cerita tersendiri dimana orangutan ini ditemukan di hutan dekat Dusun Pelansi Kuala Satung, Kabupaten Ketapang pada bulan April 2012 dalam keadaan menyedihkan dengan luka membusuk akibat jerat pemburu ditangan kanannya yang sangat serius dan nyaris terputus. Orangutan jantan ini diperkirakan sekitar 13 tahun, proses penyelamatan dari luka yang sangat serius menyebabkan tangan kanannya harus di amputasi sampai mendekati batas siku demi menyelamatkan hidupnya. Dari hasil pemeriksaan kondisi kesehatan dan pengamatan perilaku selama berada di Pusat Rehabilitasi dan Konservasi Orangutan IAR Ketapang,  Pelansi dinyatakan siap untuk dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya di areal hutan Desa Pematang Gadung karena hutan asalnya sudah habis dikonversi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit.  Selama proses pelepasliaran Pelansi dipasangi alat micro-chip berfungsi sebagai penandaan bahwa orangutan tersebut pernah dirawat di pusat rehabilitasi. 

             Direktur Eksekutif Yayasan IAR Indonesia drh. Karmele LIano Sanchez menyampaikan “Pelansi adalah Orangutan liar selama 12 tahun lebih hidup di hutan, jadi disegerakan setelah lukanya sembuh untuk segera dilepasliarkan kembali karena cacat mental akibat perburuan dan deforestrasi habitat lebih susah diobati dari pada luka fisik…” Dalam arti sebaiknya Orangutan yang berada dipusat rehabilitasi berasal dari penyelamatan dialam atau masih belum terlalu lama berinteraksi dengan manusia siap secara fisik dan mental untuk segera dilepasliarkan kembali kehabitat alami untuk mempertahankan sifat liarnya. Pelansi akan di monitor secara intensif untuk beberapa waktu oleh Tim dari Yayasan IAR Indonesia dan bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat (BKSDA KalBar) – Seksi Konservasi Wilayah I Kabupaten.  Monitor ini adalah untuk mengetahui adaptasi Pelansi di habitat aslinya setelah beberapa waktu di rawat di pusat rehabilitasi. Metode yang di gunakan adalah dengan mengikuti aktivitas harian Pelansi mulai dari bangun tidur sampai kembali kepohon tidurnya dan untuk meyakinkan bahwa kondisi cacat yang di alaminya tidak berpengaruh banyak dalam beraktivits dan bertahan hidup di hutan.

        Banyak alasan Orangutan seharusnya hidup dihabitat aslinya tetapi berada di pusat rehabilitasi, diantaranya berasal dari serahan masyarakat setelah dipelihara atau hasil sitaan, akibat perburuan liar, alih fungsi lahan menjadi perkebunan, penebangan liar, pertambangan, perdagangan ilegal maupun konflik dengan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan.  Berdirinya pusat rehabilitasi untuk merawat dan menyembuhkan orangutan yang sakit atau terluka, anak orangutan yang ditinggal induknya, selanjutnya dilatih agar mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan sehingga dapat bertahan hidup dan siap untuk dikembalikan ke habitat aslinya.  Menyedihkan karena tidak semua orangutan yang ada di pusat rehabilitasi dapat dilepasliarkan kembali dengan beberapa alasan penting, seperti perilaku yang tidak mampu hidup kembali di hutan, faktor kesehatan atau penyakit permanen sehingga tidak memungkinkan untuk dilepasliarkan kembali.

         Faktor penting dilakukan upaya penyadartahuan dan edukasi terhadap masyarakat untuk bersama menjaga satwa langka dilindungi oleh Pemerintah ini adalah penegakkan hukum yang tegas melalui tertib peredaran terhadap perdagangan ilegal dan perburuan liar oleh Pemerintah yang didukung mitranya baik lembaga non-pemerintah dan partisipasi pihak swasta demi mendukung sukses upaya tersebut. Orangutan adalah jenis primata yang tercantum dalam IUCN (International Union for Conservation of Nature) Red List sebagai kategori satwa (Critically Endangered) sangat terancam punah, program rehabilitasi dan reintroduksi orangutan, digolongkan sebagai “Flagship Species”, yakni sebagai salah satu upaya dalam rangka mendukung pelestarian orangutan di habitat aslinya. 

             Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat memberikan dukungan penuh yang dilakukan oleh BKSDA Kalimantan Barat Seksi Konservasi Wilayah I Kabupaten Ketapang dan Yayasan IAR Indonesia dalam upaya pelepasliaran orangutan Pelansi ke areal hutan Pematang Gadung.  dukungan penuh dari Drs. Hendrikus M,Si sebagai Bupati Ketapang Kalimantan Barat, beliau menyampaikan “hutan bukan saja penyaring udara tetapi juga menjaga keanekaragaman  hayati, dan saya tidak  ingin generasi mendatang  hanya mendapat cerita mengenai kelimpahan  sejumlah  spesies seperti Orangutan dongeng karena terbabat habis, serta jangan sampai anak cucu kita hanya mengetahui gambarnya  saja..”
Pemilihan areal hutan Pematang Gadung telah melalui tahap studi penilaian terlebih dahulu dan diketahui memiliki habitat dan daya dukung lingkungan yang sesuai sebagai lokasi pelepasliaran Pelansi.  Hutan Pematang Gadung di dominasi dengan tipe hutan rawa gambut dengan kedalaman lebih dari 5 meter dan memiliki nilai konservasi tinggi serta keanekaragaman flora dan fauna yang masih alami.


Informasi lebih lanjut, hubungi:

Pusat Rehabilitasi dan Konservasi Orangutan
Yayasan IAR Indonesia, Kab. Ketapang
Tel./Fax:+62-(0)534-3038075

Balai Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA) Kalimantan Barat
Seksi Konservasi Wilayah I Kab. Ketapang
Tel./Fax: +62-(0)534-31213


Selasa, 11 Desember 2012

Belajar Mengenal Kesejahteraan Satwa di JIS

Oleh: Ayut Enggeliah E dan Diaz Saripusparini.

Tim Edukasi dan Penyadartahuan Yayasan IAR Indonesia

 

Dalam sebuah istilah Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru (Craven dan Hirnle, 1996 dalam Suliha, 2002). Sama halnya sebuah proses penyampaian informasi kepada siapapun dan dimanapun tanpa terbatas oleh sesuatu hal, Yayasan IAR Indonesia sebagai salah satu lembaga non provit dibidang pelestarian lingkungan khususnya pada satwa liar jenis primata  akan terus berupaya untuk melestarikan satwa dengan jalan merehabilitasi untuk tujuan dilepasliarkan kembali kealam. Bukan sebuah pekerjaan mudah mengingat permasalahan tidak hanya pada saat bagaimana mencari solusi ditingkat lapangan tetapi juga bagaimana memberikan edukasi dan penyadartahuan kepada seluruh masyarakat agar lebih peduli dengan keadaan lingkungan sekitar. Dapat dikatakan peduli apabila juga melakukan hat terbaik untuk bumi ini dan penghuninya terutama satwa dalam segala aspek.

         Bicara mengenai satwa pada dasarnya sama-sama makhluk hidup seperti kita sebagai manusia memiliki perasaan dan rasa yang sama seperti yang manusia rasakan. Satwa sama memiliki perasaan takut, senang dan sekalipun menderita, yang membuat satwa berbeda adalah mereka tidak dapat menyampaikan secara verbal (bicara) dengan bahasa manusia tentang  apa yang dinginkan dan dirasakannya.

              Kesejahteraan manusia ternyata tidak jauh berbeda dengan apa yang ingin dimiliki oleh satwa, yaitu ada 5 prinsip dasar dalam Kesejahteraan Satwa, antara lain :

  1. Bebas dari lapar dan haus
  2. Bebas dari rasa tidak nyaman
  3. Bebas dari luka, rasa sakit dan penyakit
  4. Bebas berperilaku normal dan alami
  5. Bebas dari rasa takut dan penderitaan.
           Kelima prinsip ini penting untuk diketahui agar anak-anak dapat mengerti bahwa tidak hanya manusia saja yang sejahtera namun satwa juga. Sehingga mereka dapat memperlakukan satwa dengan baik, hal yang paling mudah menerapkan kesejahteraan terhadap satwa adalah dengan memelihara hewan peliharaan bukan satwa liar dan yang utama adalah memperlakukan dan harus memenuhi kebutuhan selama satwa peliharaan menjadi tanggung jawab kita sebagai pemilik atas satwa tersebut.
       Kembali Tim Edukasi dan Penyadartahuan Yayasan IAR Indonesia dibantu Thirza volunteer dari Belanda pada tanggal 20 November 2012 diundang untuk memberikan materi tentang Kesejahteraan Satwa di Jakarta International School (JIS) dikelompok animal lover untuk kelas elementary school (usia sekolah dasar), JIS adalah sebuah sekolah bertaraf internasional yang berlokasi di Jakarta dengan hampir semua muridnya adalah berasal dari seluruh dunia dengan alasan tertentu tinggal di Indonesia, pada kegiatan kali terdapat Tim Edukasi YIARI disambut 16 murid komunitas dan 2 murid private dari JIS. Secara umum kegiatan cukup menarik dengan penyampaian menggunakan bahasa Inggris murid-murid sangat antusias mengingat mereka juga memiliki hewan peliharaan dirumah sehingga pertanyaan dan interaksi langsung berdasarkan pengalaman dan kepedulian terhadap permasalahan satwa dilingkungan sekitar.
            Satu hal lagi yang membuat menjadi bersemangat dalam kegiatan kali ini adalah bahwa semakin sering dan banyak bertemu dengan anak-anak dari latar belakang yang berbeda akan ada banyak inspirasi dan pengalaman untuk terus menyampaikan tentang nilai penting Kesejahteraan satwa dan fungsi satwa dialam sudah diatur sebagai penyeimbang alam semesta di bumi ini.