Jumat, 13 Juli 2012

Belajar bersama YUMI


YUMI dan tim edukasi YIARI
Oleh IHp_Edu
Pukul 15.00 WIB, Jum’at 6 Juli 2012, tim edukasi melakukan presentasi dan pemutaran film bagi anak-anak di Yayasan Usaha Mulia Indonesia atau disingkat YUMI.
Seperti biasa tim edukasi memberikan presentasi tentang kesejahteraan satwa, yaitu :
  1. Bebas dari lapar dan haus
  2. Bebas dari rasa tidak nyaman
  3. Bebas dari luka, rasa sakit dan penyakit
  4. Bebas berperilaku normal dan alami
  5. Bebas dari rasa takut dan penderitaan.
Kelima prinsip ini penting untuk diketahui agar anak-anak dapat mengerti bahwa tidak hanya manusia saja yang sejahtera namun satwa juga. Sehingga mereka dapat memperlakukan satwa dengan baik.
Kali ini dilakukan pemutaran film singkat tentang anjing yang teralu banyak diberi makan oleh pemilik yang tidak bertanggung jawab ‘dog’s Fed up’ (http://www.youtube.com/watch?v=NQCwHluBqFc&feature=fvsr). Dalam video tersebut anak-anak diberi tahu bahwa jika kita memelihara satwa, kita harus bertanggung jawab untuk memberi makan. Jumlah makanan yang diberikan harus sesuai karena jika berlebihan malah tidak baik untuk satwanya. Sebagi bukti, anjing dalam video tersebut kegemukan karena teralu sering diberi makan sehingga tidak bisa bergerak.
Memasuki sesi selanjutnya, dilakukan pemutaran film turtle world sambil dijelaskan oleh salah seorang tim edukasi. Setelah itu dilakukan sesi tanya jawab.
Terakhir tim berfoto bersama dengan anak-anak dari YUMI.

Perkenalan tentang monyet ekor panjang di Sekolah Minggu Gereja Regina Caeli


Sedang menonton film
Oleh IHp_Edu
Minggu 24 Juni 2012, tim edukasi datang ke Sekolah Minggu Gereja Regina Caeli untuk menjelaskan tentang monyet ekor panjang. Sekolah minggu yang didatangi adalah sekolah untuk anak-anak mulai dari TK sampai SD.
Gereja Regina Caeli terletak di daerah Pantai Indah Kapuk dan berdekatan dengan lokasi Suaka Margasatwa Angke. Dari beberapa laporan, ada warga yang sering memberikan makanan kepada monyet liar yang berasal dari Suaka Margasatwa Angke. Hal itu membuat monyet-monyet tersebut sering masuk ke pemukiman untuk mencari makan. Selain itu ada juga beberapa monyet yang mengobrak-abrik tempat sampah milik warga.
Salah satu cara mengurangi perilaku monyet untuk datang ke pemukiman penduduk adalah dengan tidak memberi makan monyet. Dan salah satu metode edukasi adalah pemberian edukasi kepada anak-anak dengan harapan mereka akan memberitahu kepada orangtuanya.
Pada edukasi kali ini, pengetahuan tersebut diberikan. Selain menceritakan sedikit tentang fakta dibalik topeng monyet dan kesejahteraan satwa. Anak-anak juga diajak untuk berfikir kenapa mereka tidak boleh memberi makan monyet liar.
Memberi makan kepada monyet liar dapat merubah perilaku monyet. Mereka yang biasanya berusaha untuk menangkap mangsa atau mencari makanan sekarang hanya perlu meminta, mencuri atau mengorek-ngorek sampah.
Harapannya setelah edukasi diberikan, pesan seperti tidak memberi makan monyet liar, tidak memelihara monyet dan tidak menonton topeng monyet dapat tersebar.

Kolaborasi Edukasi dan Program Mitigasi Konflik Macaca



Oleh IHp_Edu
Rabu, 27 Juni 2012, Staf Edukasi Indri Hapsari dan Kordinator Program Mitigasi Konflik Macaca Ayut Enggeliah Entoh datang ke SD BDN di daerah Pesing Jakarta untuk memberikan edukasi tentang kesejahteraan satwa dan fakta tentang monyet ekor panjang.
Edukasi dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama dilakukan edukasi untuk kelas 1-3 sedangkan tahap kedua untuk kelas 4-6. Murid-muridnya cukup antusias terutama untuk murid kelas 1-3, mereka mendengarkan dengan seksama dan bertanya tentang beberapa hal.
Tujuan dari edukasi adalah mengubah persepsi anak-anak tentang monyet. 
Sebagai contoh, Topeng monyet merupakan atraksi yang banyak disukai namun menyimpan masa lalu yang kelam bagi si monyet. Monyet tersebut tidak diberi makan, dirantai di leher bahkan dipaksa untuk berdiri dengan dua kaki belakang saja padahal mereka adalah satwa yang berjalan dengan empat kaki.
Contoh lain adalah kebanyakan orang jika diberi foto monyet mereka akan tertawa, kadang lalu diteruskan dengan meledek temannya 'itu kamu(menunjuk pada monyet)'. 
Gambaran monyet sering digunakansebagai bahan candaan atau hinaan. Beberapa mitos dan legenda juga menjadikan monyet sebagai tokoh antagonis. Maka tak heran monyet memiliki reputasi yang kurang baik. 
Edukasi yang diberikan diharapkan bisa memberikan pengertian kepada murid-murid bahwa monyet sama dengan satwa liar lainnya dan bukanlah satwa yang jahat.

Kamis, 05 Juli 2012

Wilis, resmi menjadi kukang liar


By: Okta Wismandanu & Bobby Muhidin
Edited by : IHp_Edu
Minggu, 24 Juni 2012, radio collar yang sudah melingkari leher Wilis selama setahun dilepas. Kukang Jawa ini  sudah resmi dinyatakan sebagai kukang liar.
Tahun 2009, Wilis termasuk salah satu dari kukang-kukang yang disita oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur. Kukang-kukang tersebut kemudian di serahkan ke Pusat Rehabilitasi Kukang Yayasan IAR Indonesia (YIARI).
2011, Mei tanggal 3, bekerjasama dengan BBKSDA Jawa Barat dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Wilis dilepasliarkan ke alam dengan menggunakan radio collar agar dapat dimonitoring.
Selama monitoring, sudah dua kali radio collar Wilis diganti dikarenakan masa aktifnya sudah habis. Hal-hal seperti perilaku makan, pakan alami yang dimakan, interaksi Wilis dengan lingkungan juga daerah jelajah Wilis dipantau.
Sore hari di hari minggu tanggal 24 Juni 2012, Wilis terpantau sedang tidur di dahan pohon Kareunbi (Homalanthus sp.) setinggi + 4 meter yang ditumpangi oleh tumbuhan merambat hareues (Rubus moluccanus).
Wilis kemudian ditangkap untuk dilepaskan radio collarnya dan diperiksa kondisi kesehatannya. Pukul 17.30 WIB, Wilis yang dinyatakan sehat dilepasliarkan tanpa radio collar. Wilis dilepasliarkan di kawasan hutan TNGHS tepatnya di daerah Palasari kawasan resort Gunung Salak 1 di ketinggian 1100 mdpl.
Wilis telah bebas, tanpa radio collar di tubuhnya, tanpa monitoring lagi dari tim kami.  Harapan kami, Wilis menemukan kehidupan yang lebih baik.  Semoga, akan ada kukang lain yang seberuntung Wilis, dapat kembali ke habitatnya dan dapat menikmati lagi kehidupan liarnya.
Salam Lestari!!!


Selasa, 03 Juli 2012

Edukasi di Cianjur dan Tangerang Selatan


Oleh IHp_Edukasi
Akhir Mei 2012, tim edukasi menghadiri kegiatan yang diselenggarakan oleh Jakarta International School, Service Providers’ Appreciation. Kegiatan tersebut diperuntukan sebagai tempat untuk memperluas jaringan antar pihak sekolah dan lsm.
Beberapa sekolah yang datang adalah sekolah informal seperti sekolah untuk anak-anak jalanan, sekolah yang memberi training mengenai pertanian organik termasuk juga panti asuhan dan Yayasan kanker anak. Sementara lsm yang datang kebanyakan bergelut di bidang sosial dan lingkungan, menangani anak-anak dan mengelola sampah.
Dengan misi yang sama yaitu memberi pengetahuan kepada anak-anak Indonesia, tim edukasi Yayasan IAR Indonesia (YIARI) bekerjasama dengan beberapa sekolah dan lembaga untuk melakukan edukasi.
Dua sekolah yang telah didatangi untuk diberikan edukasi di awal bulan Juni ini adalah The Learning Farm dan Sekolah Muslim Asia Afrika.

Sedang mengisi kuisioner
The Learning Farm
Sekolah informal yang bertujuan mengajarkan keahlian bertani organik ini terletak di daerah yang cukup dingin, Cianjur. Tim edukasi datang untuk memberikan edukasi pada tanggal 12 Juni 2012.
Kegiatan edukasi dilakukan pada pukul 10.00 pagi. Sebelum presentasi dimulai dilakukan pengisian kuisioner bagi para peserta, hal yang sama juga dilakukan setelah diberikan presentasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana mereka menyerap ilmu yang diberikan.
Sesi presentasi dimulai dengan penjelasan mengenai kesejahteraan satwa dan perbedaan satwa liar dan jinak. Lalu diikuti dengan sesi diskusi. Sesi diskusi berlangsung cukup lama karena banyak yang bertanya, terutama yang berhubungan dengan satwa yang ada di perkebunan.
Dari hasil kuisioner yang dikumpulkan terlihat ada penambahan pemahaman yang mereka dapat dari presentasi dan diskusi. Mereka lebih bisa membedakan satwa liar dan jinak, tahu apa saja yang dapat membuat satwa sejahtera serta bahwa mereka tidak boleh membeli kukang dan beberapa fakta tentang topeng monyet.

Sekolah Muslim Asia Afrika
foto bersama murid-murid Sekolah Musika
Pada tanggal 14 Juni 2012 tim edukasi bertamu ke sekolah SD dan SMP yang terletak di daerah Tangerang Selatan, Musika.
Kegiatan edukasi yang dilakukan di aula masjid sekolah diawali dengan meneruskan kegiatan murid-murid yang sedang berlangsung. Saat itu sedang dilakukan presentasi hasil ‘baju’ dari daun kering dan puisi. Ayut, salah seorang tim edukasi meneruskan acara sambil sedikit-sedikit menyisipkan informasi mengenai alam.
Selanjutnya dilakukan pemutaran film ‘Turtle World’ (http://www.youtube.com/watch?v=nZpaPwTIRlY). Film yang bercerita tentang sekelompok monyet yang tinggal di punggung seekor penyu yang sedang terbang. Monyet diibaratkan sebagai manusia dan punggung penyu sebagai bumi. Disana monyet-monyet tersebut menebang pohon sampai benar-benar habis sehingga Si Penyu jatuh ke laut.
Lalu dilakukan presentasi singkat mengenai kesejahteraan satwa dan terakhir dilakukan sesi tanya jawab dimana setiap murid yang menjawab akan diberi stiker dan poster.