Balai
Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat bergerak cepat mengatasi
krisis yang melibatkan paling tidak 3 ekor orangutan di kawasan perkebunan
kelapa sawit di Kabupaten Ketapang. Hari Jumat ini mereka akan mengirimkan 2
senapan bius untuk petugas YIARI (Yayasan IAR Indonesia) yang akan melakukan
penyelamatan di lapangan.
Kejadian
berawal ketika minggu lalu BKSDA Seksi Ketapang dan YIARI menerima laporan dari
Yayasan Palung yang mengabarkan keberadaan orangutan di perkebunan sawit Limpah
Sejahtera. Diduga orangutan tersebut adalah yang berhasil selamat dari
kebakaran hutan di kawasan perkebunan sawit Arrtu Energie Resources yang
bersebelahan. Beberapa orangutan telah terbakar hidup-hidup di sana. "Kami
melihat kerangka orangutan yang terbakar di antara abu sisa kebakaran hutan di
kawasan itu," kata dokter hewan Christine dari YIARI yang ikut ke sana.
Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit |
Pada tanggal
10 November, tim penyelamatan bergerak kembali untuk mencoba mengevakuasi
orangutan jantan dewasa itu. Dikhawatirkan bila tak segera diselamatkan ia akan
mati kelaparan. Setelah beberapa jam menelusuri kawasan gambut yang terbakar di
tengah hujan lebat –dengan bantuan ekskavator yang sedang bekerja– tim bisa
menembak bius sang jantan besar yang sudah kurus, lemah dan limbung.
"Pemandangan
di kawasan perkebunan yang dibuka dengan land-clearing ini sangat menyedihkan,
gundul dan terbakar. Orangutan terdesak oleh perkebunan sawit. Kami harap
perusahaan dapat melakukan kegiatannya dengan cara yang lebih ramah lingkungan
dan berkelanjutan," kata Karmele
Sanchez, ketua program YIARI.
Selama upaya
penyelamatan itu tim melihat ada paling sedikit ada tiga orangutan lain yang
masih berada di dalam area yang kemungkinan besar membutuhkan penyelamatan.
Namun, penyelamatan terkendala karena senjata bius yang hanya satu di Ketapang
rusak pada saat melakukan penembakan terakhir.
Dalam kondisi
mendesak, Sustyo Iryono, Kepala BKSDA Kalbar segera menginstruksikan untuk
mempercepat proses pengiriman dua senjata bius yang berada di Pontianak ke
Ketapang. "Hari ini, dengan dikawal petugas BKSDA dan Polda, diharapkan
kedua senjata itu tiba di Ketapang untuk segera digunakan. Tentunya sejalan
dengan upaya penyelamatan juga akan diadakan penanganan yang menyeluruh
mengenai kejadian tersebut, dimulai dari kebakaran hutan sebagai pangkal
kejadian," ujarnya.
Tindakan
kepala BKSDA Kalbar ini sejalan dengan empat fokus utama Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, yang mana salah satunya adalah masalah kebakaran hutan dan
lahan. Kebakaran hutan dan perubahan habitat seperti kebun kelapa sawit,
ditengarai menjadi penyebab utama turunnya populasi orangutan Kalimantan. Hanya
dalam 60 tahun terakhir, populasi orangutan Kalimantan telah menurun sebanyak
50%. Faktor lainnya adalah penambangan skala besar dan perburuan. YIARI beserta
BKSDA seksi Ketapang di masa kebakaran beberapa bulan terakhir saja telah
menyelamatkan tidak kurang dari 8 ekor orangutan dari berbagai daerah di
Kalimantan Barat.
Masalah masih
belum selesai karena keesokan harinya datang laporan mengenai orangutan lain
dari lokasi yang sama. Kali ini seekor jantan dewasa. Seperti betina yang
dievakuasi sebelumnya, orangutan ini juga terlihat sangat lemah dan kurus.
Setelah tim penyelamat mengikuti beberapa saat tim menunda pembiusan dan
penangkapan karena khawatir stress bisa menimbulkan risiko pada orangutan
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar