Sabtu, 06 November 2010

Akhirnya Mely bebas dari ikatan rantai selama 12 tahun

Selama dua belas tahun, orangutan perempuan bernama Mely menjalani hari-harinya dengan leher terikat rantai. Ketika ia masih bayi di pedalaman Kalimantan, ibunya ditembak mati dan Mely kecil dibawa pulang oleh orang yang menembak ibunya itu, untuk dipelihara di rumah. Sejak itu ia menjalani hidup tumbuh besar ditemani rantai yang mengikatnya.



Tapi kini Mely telah bebas. Gembok yang mengunci erat rantai di leher telah dilepas, dan ia sekarang bisa tidur lebih nyaman dengan makan buah-buahan. Buah adalah makanan mewah baginya. Selama 12 tahun makanan yang diterimanya adalah mi instan atau sisa makanan di rumah tempat ia terikat rantai. Dan semakin besar, perhatian yang diperolehnya tidak lagi sama seperti ketika ia masih bayi.

Mely diselamatkan oleh Tim BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Kalimantan Barat bersama International Animal Rescue (IAR) Indonesia 22 Oktober lalu. Tim penyelamat tiba di rumah pemilik Mely setelah menempuh perjalanan 8 jam melalui sungai. Mereka masih harus menunggu 5 jam lagi sampai sang pemilik - yang ternyata seorang anggota TNI - datang.

Mereka membawa izin resmi penyitaan dan didampingi anggota kepolisian setempat yang merupakan keharusan dalam setiap penyitaan orangutan. Berkas yang diperlukan untuk membebaskan Mely disiapkan oleh BKSDA Pontianak dan BKSDA Singkawang.

“Setelah menunggu izin berbulan-bulan untuk menyelamatkannya, 22 Oktober kemarin kami menerima kabar bahwa kami sudah mendapat lampu hijau,” tutur Karmele Llano Sanchez, Direktur Veteriner IAR Indonesia. “Hanya sedikit waktu untuk melakukan persiapan. Yang kami tahu, pemilik Mely sedang berusaha menjualnya dan kami begitu khawatir begitu kami tiba dia sudah tidak ada, dan hilang pula kesempatan untuk menyelamatkannya. Syukurlah dia masih di sana dan sang pemilik akhirnya mau menyerahkan tanpa perlawanan."


Awalnya, sang pemilik sempat menawar untuk menukar Mely dengan uang atau dengan seekor kambing, tapi setelah mendapat penjelasan, ia akhirnya setuju untuk menyerahkan tanpa syarat setelah menandatangani berkas yang menyatakan Mely diserahkan ke pemerintah melalui BKSDA yang akan menunjuk IAR untuk merawatnya selama proses karantina dan rehabilitasi.

Ketika tim penyelamat datang, jelas kelihatan Mely begitu takut dengan segala hiruk pikuk di sekitarnya. Kunci gembok tebal untuk membuka rantai di lehernya tidak bisa ditemukan, sehingga ia harus masuk ke kandang pindahannya dengan leher masih terikat rantai.

Mely dipindahkan dengan kandang berukuran khusus agar ia tetap nyaman di perjalanan dengan ruang yang tidak terlalu besar agar ia tidak sampai mencederai dirinya. Begitu ia sudah masuk ke dalam boks kandang – awalnya ragu-ragu karena tentunya kotak itu asing baginya – perjalanan baru dalam hidupnya dimulai. Ia dibawa dengan perahu motor sepanjang sungai Sambas, menempuh jarak beberapa kilometer. Lalu ia melakukan perjalanan darat selama empat jam ke Pontianak.

Setelah semua berkas yang diperlukan diperiksa dan diizinkan lewat oleh pejabat bandara, keesokan harinya pagi-pagi sekali Mely pun diterbangkan dengan pesawat ke Ketapang, Kalimantan Barat. Tahap terakhir perjalanannya ia tempuh dalam waktu singkat dengan menaiki truk menuju pusat penyelamatan dan rehabilitasi IAR, dan disambut oleh seluruh tim. Iapun dipersilakan menempati kamar barunya.


Setibanya di markas penyelamatan IAR, Mely langsung dipindahkan ke kandang barunya. Keesokan harinya, Mely dibius, sehingga Karmele berhasil melepas gembok yang kejam itu dari lehernya. Karmele kemudian segera melakukan pemeriksaan medis tanpa membuat Mely terganggu. Dalam waktu dekat hasil dari tes darah dan sinar-X akan menunjukkan apakah ia menderita penyakit serius atau tidak. Untuk sementara, ia akan dibiarkan menyamankan dirinya agar terbiasa dengan lingkungan barunya. Untungnya, ia menunjukkan ketertarikan pada makanan dan bersemangat mencoba berbagai jenis buah untuk pertama kalinya.

Orangutan lainnya di markas IAR terlihat ikut senang dengan kehadiran Mely. Tapi butuh waktu sebelum ia diperkenalkan pada mereka dan secara bertahap ia akan dibantu berinteraksi dengan mereka. Mely tidak pernah bertemu dengan orangutan lainnya sejak terakhir kali ia kehilangan ibunya. Dibutuhkan kesabaran dan waktu lebih lama untuk membantunya melalui tahap rehabilitasi ini.



Alan Knight, Chief Executive IAR, mengatakan, "Saya begitu bahagia dengan kabar Mely telah dibebaskan dan sekarang aman berada dalam rawatan tim kami di Kalimantan Barat.”

"Sedihnya, Mely bukanlah orangutan terakhir yang harus kita selamatkan. Tim kami telah telah menyampaikan pada saya bahwa masih banyak orangutan dalam kurungan yang membutuhkan pertolongan. Tapi kami bertekad tidak akan mengecewakan mereka. Manusia bertanggung jawab pada penderitaan mereka. Hanya ini yang bisa kita lakukan untuk memberi mereka kesempatan kedua dalam hidup mereka."

Jika dana memungkinkan, International Animal Rescue berencana untuk membangun sebuah pusat rehabilitasi baru tempat Mely dan orangutan lain hasil penyelamatan bisa mendapatkan ruang lebih luas untuk bergerak bebas di hutan alamiah. Tujuannya tentu untuk mengembalikan mereka cepat atau lambat ke alam liar, tapi terlalu cepat untuk mengatakan hal itu bisa dialami Mely. Bertahun-tahun lamanya ia menjadi hewan peliharaan yang terikat. Sangat mungkin ia telah kehilangan kemampuannya untuk bertahan hidup di alam bebas. Apapun yang terjadi, sebuah masa depan cerah menantinya. Ia kini tidak lagi hidup terikat rantai di dek pinggir kali yang kotor, sabar menanti bertahun-tahun kapan dirinya dibebaskan. (tulisan diambil dari situs web IAR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar