Oleh: Winar (Indah Winarti)
Koordinator Program Konservasi Kukang
Jumat pagi (21/12/2012) di ruang
pertemuan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) suasana mulai riuh dengan
kehadiran bapak-bapak petugas TNGHS. Dua banner
tentang kukang dan proses pelepasliaran kukang oleh Yayasan IAR Indonesia (YIARI)
terlihat dari kejauhan di samping pintu masuk. Diskusi tentang Konservasi
Kukang di Indonesia dan Permasalahannya hari itu dibuka oleh Kepala TNGHS Bapak Ir. Agus Priambudi. M.Sc dan dihadiri oleh 28 peserta dari 16 resort, 3 seksi, dan staf
kantor TNGHS.
Sesi pertama diawali dengan
dengan pengenalan kukang, ekologi, dan permasalahan di program pelepasliaran
oleh winar, proses 3R dan M (Rescue,
Rehabilitation, Release¸dan Monitoring)
kukang oleh drh. Wendi, kemudian dilanjutkan dengan presentasi program 3RM
kukang di kawasan TNGHS. Diskusi menjadi semarak dengan beragam pertanyaan dari
para petugas tentang mitos kukang, jenis pakan alami, saran awareness, kriteria pelepasliaran,
hingga bagaimana cara membedakan jenis-jenis kukang. Para petugas menjadi lebih
bersemangat setelah mengetahui bahwa kawasan TNGHS merupakan salah satu kawasan
habitat yang baik dan aman bagi kukang liar juga kukang yang dilepasliarkan YIARI.
Beberapa petugas melaporkan perjumpaan baik langsung maupun berdasarkan laporan
di areanya. Data ini sangat berguna untuk ditindaklanjuti dengan survey yang
akan mendukung keberlanjutan program pelepasliaran kukang di TNGHS.
Sesi ke dua dimulai setelah
ishoma. Presentasi mengenai jenis-jenis kukang dan cara identifikasi kukang
disampaikan oleh Winar sebagai Koordinator Program Konservasi Kukang. Setelah berlatih membedakan kukang kukang jawa dan
kukang non jawa, petugas mendapat lima soal berupa foto kukang untuk
diidentifikasi. Para petugas sangat antusias mengerjakan soal tersebut.
Beberapa foto kukang lainnya kemudian ditampilkan dan semua beramai-ramai
menjawab. Output belajar identifikasi ini memang baru sebatas membedakan kukang
jawa dengan kukang non jawa, mengingat di tingkat spesies kukang Kalimantan
masih memerlukan diskusi peneliti. Kemampuan membedakan kukang jawa dengan
kukang non jawa penting bagi para petugas Kementrian Kehutanan saat menerima
laporan penyerahan maupun saat melakukan konfiskasi. Berdasarkan kuisioner,
sekurangnya 63% petugas menyatakan puas terhadap dengan diskusi yang dilakukan.
Para petugas memberi dukungan kepada YIARI untuk semakin mempererat kerjasama
dengan TNGHS baik dalam melakukan survey, monitoring, dan juga pelatihan survey
dan identifikasi di masa datang.
Winar (Indah Winarti)
Slow Loris Conservation Program-Coordinator Yayasan IAR Indonesia
+62-8561646860
Website: internationalanimalrescue.org
Blog: yayasaniarindonesia.blogspot.org
Untuk mengetahui informasi detail tentang Yayasan IAR Indonesia silahkan join di:
http://www.facebook.com/yayasan.iar
http://www.facebook.com/pages/Yayasan-IAR-Indonesia/383008065122321
Tidak ada komentar:
Posting Komentar