Kabar dari Tim monitoring IAR Indonesia
Oleh:
Robithotul Huda
Koordinator
Program Pelepasliaran dan Monitoring
Siang itu terasa panas, terik
mentari menyengat, seakan lebih dekat
dengan bumi. Jarum Thermohygrometer
mengarah ke 360c (suhu udara)
dan 60% (kelembaban udara). Bertelanjang dada dan berteduh dibawah rerimbunan
pohon menjadi konsekuensi fenomena ini meskipun harus dibayar dengan legam
warna kulit.
DAS way rilau mengecil dan air
bendungan Batutegi menyurut jauh, memunculkan kembali bukit-bukit yang dulunya
tenggelam. Pepohonan banyak yang mengering. Persaingan dalam ekosistem kawasan
hutan lindung Batutegi untuk memperoleh makanan semakin ketat.
Sudah lebih dari 5 bulan, tim
monitoring kukang Sumatra (N.coucang)
dan beruk (M.nemesrina) hasil
pelepasliaran Yayasan IAR Indonesia berada dilokasi ini.
Beruk yang dilepasliarkan pada
tanggal 1 Juni 2012, terlihat terakhir kali pada pertengahan bulan Juli 2012
dengan kondisi bagus dan telah mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Sementara Kukang Sumatra yang
dilepasliarkan berjumlah 6 ekor (4 ekor adalah hasil dari penyitaan BKSDA
Lampung dan 2 ekor adalah hasil
rehabilitasi IAR Indonesia), 3 diantaranya menggunakan radio collar untuk memudahkan pemantauan.
1 ekor kukang bernama Sinabung
ditemukan mati dengan beberapa luka ditubuhnya dan badanya yang kurus setelah
dimonitoring selama 2 bulan di alam.
Kukang bernama Winar terpaksa
harus di relokasi ke daerah yang
lebih aman karena lokasi yang menjadi daerah jelajahnya terjadi kebakaran.
Dan terakhir kukang bernama
Seblat, hingga awal bulan Oktober terlihat dalam kondisi bagus dan aktif.
Seblat terlihat mampu memanfaatkan potensi pakan alami yang ada dalam kawasan
HL Batutegi.
Tim akan terus memantau
satwa-satwa tersebut hingga dirasa “cukup”; berada dilokasi yang aman, mampu survive dan jika memungkinkan sampai
satwa terutama kukang akan mampu berkembang biak di lokasi barunya ini.
Selain itu tim juga memberi
masukan kepada pemangku kawasan HL Batutegi agar lebih proaktif dalam pengawasan
kawasannya demi terjaganya kawasan yang lestari. Kebakaran yang terjadi,
sejatinya adalah kelalaian dan kesengajaan yang dilakukan oleh manusia yang
kurang bertanggung jawab dalam pembukaan lahan baru dalam kawawsan HL Batutegi. Semestinya petugas juga proaktif melakukan
sosialisasi tentang bahaya kebakaran kawasan hutan serta menindak tegas
pelanggaran dalam kawasan HL Batutegi ini.
lanjutkan kawan! dan terus semangat.
BalasHapusProses pelepasliaran satwa ternyata tak semudah yang dibayangkan dan pelepasliaran memang bukan berarti sebuah kesuksesan mengembalikan satwa hasil rehabilitasi atau yang lainnya.ke alam. masih perlu waktu panjang, tenaga, dana dan pendukung lainnya.
jadi stop mengeluarkan satwa liar dari habitatnya dengan alasan apapun,membeli,memlihara.
salam lestari
Minta informasi cara pengembalian kukang donk, karena saya ingin meberikan kukang saya kepusat rehabilitasi agar bisa dilepaskan kehabitat yang semestinya.
BalasHapusapakah ada No kontak Anda yang bisa dicatat??
BalasHapusterimakasih