Press release yang dihadiri perwakilan BKSDA Jawa Timur (kanan), TNGHS, IAR Indonesia, dan BKSDA Jawa Barat.
Kukang-kukang yang telah dan akan direlease adalah kukang yang berasal dari penyitaan (confiscated) BKSDA Jawa Timur pada bulan November 2009. Sebanyak 24 kukang disita dan kemudian ditransfer ke IAR Indonesia yang memang concern terhadap kesejahteraan satwa, khususnya primate Indonesia. Di kandang rehabilitasi, kukang-kukang tersebut mendapatkan pengecekan medis, makanan, dan juga tempat hidup yang layak. Selama masa rehabilitasi, kukang tersebut disiapkan untuk bisa mempunyai kemampuan untuk kembali hidup di alam liar. Setelah beberapa bulan rehablitasi, sebanyak 20 kukang siap untuk dilepaskan bulan April ini (lima diantaranya sudah sukses di release). Sisanya masih belum bisa dilepasliarkan karena kondisi fisik yang belum siap. Bahkan ada yang masih terluka karena tulang yang remuk akibat pelemparan yang dilakukan para pedagang illegal.
Penjelasan dari IAR dan Profauna (LSM yang ikut serta dalam investigasi perdagangan kukang di Jawa Timur) kepada para wartawan sebelum press release.
Kukang yang telah dan akan dilepaskan adalah kukang Jawa (Nycticebus javanicus) yang memang merupakan satwa endemik pulau Jawa. TNGHS adalah tempat yang cocok untuk pelepasliaran kukang kali ini karena, selain area tersebut adalah habitat asli kukang Jawa, TNGHS juga merupakan daerah hutan yang masih perawan. Ditambah lagi, TNGHS memiliki daerah yang didominasi pohon bambu (makanan utama kukang), seranggga, dan juga buah-buahan. Kukang juga memiliki kebiasaan mengerat getah pohon dan kebiasaan ini didukung oleh ekosistem TNGHS yang juga memiliki banyak pohon bergetah.
Untuk aktivitas pasca pelepasliaran, IAR dan juga TNGHS bekerjasama untuk melakukan monitoring dalam meninjau aktivitas harian dan daerah jelajah kukang selama bulan. Oleh karena itu, pelepasliaran tahap ketiga yang sedang dilakukan saat ini menggunakan radio collar sebagai alat monitoring kukang-kukang yang akan dilepaskan.
Sebagai tambahan, acara press release ini juga diikuti oleh kunjungan peserta menuju kandang habituasi di sekitar lereng Gunung Salak. Walaupun ada 10 peserta press relase yang ikut menuju kandang habituasi, hanya 4 diantaranya yang benar-benar sampai ke kandang habituasi dikarenakan daerah pendakian yang cukup menantang.