Kamis, 26 Agustus 2010

Kesadaran Marco selamatkan hidup Kukang

IAR, Bogor – Kesehariaan Marco Yunus Ferdinant, mahasiswa di Bandung, Jawa Barat, kini ditemani seekor hewan peliharaan. Marco leluasa bermain bersama hewan peliharaannya: Kukang sumatera yang dibeli dari pedagang satwa di dekat pusat perbelanjaan Bandung Indah Plaza.

Diletakkan didalam kamar, Jojo, demikian Kukang itu dinamai, keberadaannya seolah menyatu dalam pribadi pemiliknya. Namun, penyatuan itu hanya bertahan selama dua pekan. Marco menyerahkan satwa pembeliannya itu setelah mengetahui informasi lewat internet bahwa hewan jenis Kukang ternyata dilindungi.

“Saya menyerahkan atas kesadaran sendiri kalau ternyata hewan Kukang itu dilindungi. Saya juga baru tahu dari internet. Dan akhirnya saya memutuskan untuk menyerahkan kepada yang berkepentingan,” kata Marco kepada tim rescue International Animal Rescue, Muhidin dan Bobby, 19 Agustus 2010.

Selama dalam pemeliharaan, Kukang yang dinamai Jojo ini, diberi pakan susu dan ditempatkan didalam kandang berukuran 30x20 centimeter. Dalam kesehariannya, menurut penuturan pemilik, Jojo yang diperkirakan berumur dua bulan ini tak pernah diperlakukan buruk.

Dirawat Lima Hari, Bonjer Akhirnya Mati AKibat Infeksi Gusi

IAR, Bogor -- Meski sempat menjalani perawatan intensif di klinik Pusat Rehabilitasi Satwa International Animal Rescue (IAR) Indonesia selama lima hari, Bonjer, Kukang sumatera hasil penyerahan warga di Kebun Jeruk, Jakarta Barat, pada 6 Agustus 2010 lalu, akhirnya mati setelah mengalami infeksi yang cukup parah pada bagian gigi.

Endang Tirtana, tim rescue penjemput Kukang, mengatakan, kondisi kesehatan Bonjer amat kritis saat pertama kali diamati didalam kandang sang pemilik. Hal itu terlihat dari kondisi organ luar seperti pada bagian mata, gigi, dan kaki, yang mengalami infeksi.

“Saat dijemput dirumah pemiliknya, kondisi Bonjer sudah dalam keadaan sakit. Pada bagian mata dan kaki mengeluarkan nanah. Secara keseluruhan, bisa dikatakan kesehatannya memang sudah parah,” kata Endang.

Buruknya kondisi kesehatan Bonjer dibenarkan oleh tim medis IAR, Suli Partono. Suli menjelaskan, penyebab kematian Bonjer sebenarnya berasal dari tindakan ceroboh yang dilakukan pedagang satwa, yang dengan sengaja memotong gigi taring. Namun, jika ditelisik dari tingkat keparahan infeksi, Suli menduga pedagang mencabut paksa dan membiarkan penyebaran infeksi tersebut hingga menjalar ke seluruh tubuh.

“Ada kemungkinan gigi taringnya dicabut dengan perkakas (tank). Ada 12 gigi yang dicabut dalam-dalam. Jadi, infeksi giginya sudah kronis. Gusi berdarah, dan tidak mau makan. Bonjer juga mengidap Pheumoni atau infeksi pernafasan,” kata Suli.

Tim medis kemudian berupaya untuk menstabilkan kondisi tersebut dengan memberikan obat antibiotik Baytril. Obat itu berfungsi untuk melancarkan sumbatan pada saluran pernafasannya. Akan tetapi, jenis obat tersebut rupanya tak mempan menyembuhkan derita yang dialami Bonjer. Obat itu sama sekali tak bereaksi. Akhirnya, tim medis memberikan obat jenis Fortum berdosis tinggi. Hasilnya, Bonjer mengeluarkan cairan dari hidungnya atau yang biasa kita kenal dengan sebutan ingus.

“Kalau sudah mengeluarkan ingus seperti itu, tandanya saluran pernafasannya mulai lancar meski belum sepenuhnya lancar. Tapi karena infeksinya terlalu parah dan terlambat ditangani, akhirnya tidak dapat bertahan dan mati,” ujar Suli.

Selasa, 03 Agustus 2010

Tim IAR Indonesia Jemput Kukang sumatera di Bekasi

Olip sedang menjalani pemeriksaan medis
IAR, Bogor -- Tim Interntional Animal Rescue (IAR) Indonesia menyambangi kediaman pemilik Kukang sumatera (Nycticebus coucang) di bilangan Bekasi Timur, Jawa Barat pada 27 Juli 2010 lalu. Kukang yang dinamai Olip ini memiliki berat badan 800 gram dan panjang sekitar 24 centimeter.

Menurut penuturan pemiliknya, Olip dibeli dari pasar penjualan satwa di Jakarta seharga Rp 150 ribu. Saat itu usia Olip baru mencapai lima bulan. Setibanya dirumah, pemilik baru menyadari bahwa Kukang yang dibelinya itu sudah dalam keadaan cidera dipaha kiri.

Akibat minimnya pengetahuan, akhirnya pemilik menghubungi tim IAR untuk segera mengambil alih pemeliharaan Olip agar mendapatkan perawatan yang semestinya. Selama dipelihara, pemilik menempatkan Olip di dalam keranjang cuci sebagai kandangnya.

Tim segera membawa Olip ke pusat rehabilitasi di Curug Nangka, Ciapus, Bogor, Jawa Barat. Olip langsung menjalani perawatan medis sebelum kondisinya makin memburuk.

Senin, 02 Agustus 2010

Tim IAR Indonesia Selamatkan Orangutan di Ketapang

Ujang sesaat sebelum diamankan tim IAR
IAR, Ketapang -- Tim International Animal Rescue (IAR) Indonesia akhirnya berhasil membawa seekor Orangutan dari tangan seorang petani di daerah Talak, Ketapang, Kalimantan Barat, Senin (2/8/2010) setelah sempat mengalami perlawanan pada sehari sebelumnya. Alasan perlawanan itu disebabkan karena adanya permintaan pemilik Orangutan untuk mengganti biaya perawatan selama didalam kandang selama kurang lebih sembilan bulan.

Namun atas pendekatan edukasi dan pemahaman tentang Undang-undang penyelamatan satwa yang disampaikan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan pegiat satwa dari Flora and Fauna International (FFI), petani itu akhirnya mau menyerahkannya. Saat dilakukan proses evakuasi, kondisi kesehatan Ujang - begitu Orangutan itu diberinama - sangat memperihatinkan. Permukaan kulitnya terlihat pucat. Sementara bentuk perutnya sedikit membuncit. Menurut tim medis, Ujang mengalami penyiksaan lewat konsumsi makanan.

"Penyiksaan melalui makanan yang diberikan. Ujang dikasih pakan beras, ubi kayu. Sebab menurut pemiliknya Ujang tidak mau diberi buah dan susu" kata tim medis. Ujang yang berusia antara satu sampai dua tahun ini pertama kali ditemukan oleh petani setempat ketika terjadi kebakaran hutan sembilan bulan lalu. Diperkirakan, Ujang sengaja ditinggal atau tertinggal induknya.

Setibanya di pusat rehabilitasi IAR di Ketapang, Ujang langsung menjalani pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh termasuk proses hematologi. Hasilnya, suhu tubuhnya mencapai 35,9 derajat Celsius dan berat badan sekitar 6,3 kilogram. Tim memutuskan untuk mengambil contoh darah guna mengetahui apakah Ujang mengidap penyakit Hepatitis atau TBC. Sementara untuk mengembalikan kondisi, Ujang tidak diperkenankan mengkonsumsi makanan atau berpuasa selama sehari penuh.